JAKARTA (voa-islam.com)- Apapun yang dibicarakan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama nampaknya masyarakat harus benar-benar memahaminya. Mengingat keduanya adalah pemimpin yang, menurut beberapa kalangan pengamat sebagai orang yang hanya pintar bicara tapi minim terbukti. Berikut analisa perihal kedua orang ini menurut Syahganda Nainggolan dari Asean Institute for Information and Development Studies:
"Setelah Ahok membongkar Jokowi sebagai presiden dukungan Podomoro Group, dengan meng-upload pembicaraan terbatasnya ke Youtube, berbagai pihak menjadi gerah. Hal ini menyangkut isu sensitif, yakni etika politik. Apakah boleh Presiden itu hasil dukungan raksasa bisnis?
Hal seperti ini, saat ini, juga sedang panas di Amerika. Yakni, hubungan Obama dan Google. Meski awalnya terkesan ditutup-tutupi, akhirnya kedekatan Obama dan Google sudah menjadi bahan olok-olokan publik. FTC (Federal Trade Commission) menemukan pelanggaran Sherman Anti Trust Act, sebuah kejahatan bisnis, ketika saat bersamaan pimpinan Google begitu akrab dengan Obama.
Pengungkapan skandal ini terjadi karena upaya keras kelompok-kelompok whatchdog menekan secara publik agar FTC sungguh-sungguh membuka hal ini. Sebab, masyarakat Amerika penasaran tentang seringnya pertemuan, yang semula rahasia, antara pimpinan Google dengan Obama di Istana.
The Campaign for Accountability and the Intercept, seperti dilaporkan The UK Daily Mail, 25 April lalu, membongkar telah terjadi 169 pegawai Google bertemu dengan 182 pejabat pemerintah di istana Gedung Putih. Pertemuan tersebut berlangsung 427 kali sejak 2009 sd okt 2015.
Berbeda dengan di Amerika, rahasia kedekatan perusahaan besar dengan Presiden di Indonesia, tidak perlu dibongkar oleh lawan lawan politik Jokowi, maupun kelompok civil society. Kedekatan ini malah diungkapkan sendiri oleh orang kepercayaan presiden, yakni Ahok. Intinya Ahok mengatakan: 'Tanpa bantuan Podomoro, Jokowi tidak akan jadi presiden'...." (Robi/voa-islam.com)