View Full Version
Jum'at, 05 Aug 2016

Survey Busuk Menstigmakan Yusril Bukan Rekomendasi Warga DKI seperti Intelektual versus Ulama

JAKARTA (voa-islam.com)- Pelaku survey yang merilis bahwa Yusril Ihza Mahendra tidak masuk rekomendasi warga dinilai kebohongan sangat busuk yang pernah ada. Dan lebih parah lagi, survey ini dilakukan oleh orang yang diduga kuat sebagai pendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Joko Widodo. Berikut paparan lanjutan dari Syahganda Nainggolan dari Sabang Merauke Circle melalui siaran persnya dan didapat voa-islam.com.

"Intelektual vs Ulama: Survey busuk ini tentu ditujukan juga pada dua hal. Pertama menggertak Mega dan PDIP agar segera mendukung Ahok. Hal ini menjadi jelas dengan uraian Muluk bahwa PDIP akan hancur pada 2019 jika tidak mendukung Ahok.

Kedua, Survey ini mendeligitimasi para ulama yang menempatkan Yusril sebagai calon terbaik dari kalangan ummat Islam. Gerakan ulama yang mendukung Yusril ini merupakan kekuatan besar, baik dari segi massa aktif, maupun pengaruh elitnya.

Dengan adanya survey yang membawa bawa ratusan doktor dan memakai nama universitas indonesia, maka dimungkinkan terjadi vis a via antara intelektual kampus vs ulama. Secara politik tentu saja hal ini melanggar etika, sebab, benarkah Universitas Indonesia memberikan ijin atas konfrontasi ini?

Alhasil, kita akhirnya melihat bahwa Projek Survey ini memberi jejak bahwa banyaknya para intelektual kita yang bukan bekerja untuk kemajuan bangsanya dan memberi penguatan pada keadilan sosial.

Saat ini kecendikiawanan kita berada pada situasi buruk. Universitas UI,  misalnya, mengalami penurunan ranking secara konsisten selama 4 tahun terakhir. Dalam QS world ranking, UI menjadi ranking 358 (2015) dari 273 (273).Tentu PTN lainnya lebih buruk lagi. Kita sudah jauh di bawah beberapa universitas malaysia.

Prof Heru Susanto dan prof Tandatangan Haroen, dari Tim Penilai Angka Kredit Kemenristek Dikti, menyatakan kualitas karya ilmiah dan publikasi ilmiah doktor kita masih rendah, bahkan masih banyak yang curang dan tidak beretika, bahasa Inggris kacau dan buat referensi tidak nyambung.

Dari pada menyeret para doktor dan professor tersebut kepada politik praktis, sebaiknya Hamdi Muluk mendorong mereka menaikkan ranking UI dan lainnya dalam ranking universitas di dunia. Demikian ulasan dan opininya. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version