JAKARTA (voa-islam.com) - Banyaknya warga dari hari ke hari menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bisa jadi menandakan ada yang salah dari kepribadian yang dimilikinya. Bahkan, penolakkan yang dilakukan warga DKI menurut pengamat dapat secara signifikan menurunkan eletabilitasnya sebagai salah satu bakal calon Gubernur.
"Bayangkan hari ini saat gerakan struktural forum RW/RT dengan 3 juta KTP anti Ahok. Dan fenomena Ahok diusir rakyat DKI uuntuk kunjungan ke wilayah Kelurahan, dan gerakan kelas menengah atas kian banyak dan meluas tunjukan anti Ahok, apakah elektabilitas Ahok tetap 31 persen? Tentu tidak, sekalipun nanti PDIP mendukung Ahok," kata Muchtar Effendi Harahap, melalui siaran persnya yang didapat voa-islam.com.
Menurutnya, efek setiap penolakan yang ada, Ahok mustahil akan mencapai suara 50 persen. "Jumlah pemilih Ahok mustahil di atas 50 persen, kecuali PDIP perintahkan anggota DPR turun dengan politik uang melalui kader-kader di Kecamatan dan korporet bayar petugas PPK dan KPU."
Bisa jadi pula, menurutnya latar belakang terciptanya koalisi Kekeluargaan" adalah hasil dari banyaknya warga yang menolak Ahok. Akan tetapi, ia melihat kemungkinan hanya PDIP yang bisa beralih dari koalisi tersebut.
"Menurut hemat saya, gelombang dahsyat rakyat DKI, terutama kelas menengah atas, anti Ahok tiga bulan terakhir ini, mendorong koalisi kekeluargaan Parpol. Meski masih koalisi taktis. Hanya PDIP yang mungkin membelot ke Ahok. Tapi takkan bisa menang."
Ia pun mencoba memprediksi bahwa Pilkada ke depan, jika Ahok sah dan lulus verifikasi dari KPU akan terjadi dua putaran.
"Pada putaran kedua, Ahok akan jadi musuh bersama, terutama kelompok Islam politik 44 persen dan pribumi anti Cina." [robi/voa-islam.com]