JAKARTA (voa-islam.com)- Diberhentikannya Archandra Tahar sebagai Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo masih saja menyisahkan banyak pertanyaan. Mulai dari adanya dugaan konspirasi hingga pertanyaan apa saja yang dilakukannya selama kurang lebih 20 hari dalam menjabat. Namun demikian, hal itu dirasa tidak etis jika diberikan nilai.
Anggota Dewan Energi Nasional, Syamsir Abduh misalnya mengatakan bahwa dengan kehadiran Archandra, masyarakat semestinya tidak dapat menyimpulkan dengan positif selama ia menjabat sebagai menteri. "Sungguh sangat prematur bila kita menilai kinerja dia yang hanya 20 hari tersebut," ujarnya, Sabtu (20/08/2016), di Jakarta.
Menurutnya, mengurus sektor energi banyak di dalamnya tantangan. Apalagi di ESDM itu 40 persennya bersumber pada migas. Dalam menangani atau menjalankan sektor itu, menurutnya setidaknya dibutuhkan membutuhkan dana yang cukup besar. "Seangkan negera kita dananya itu terbatas," sambungnya.
Pengelolaan migas dalam negeri juga seharusnya dapat mengakomodir secara luas ke berbagai sentuhannya. "Bagaimana cara mengatur energi jangka pendek dengan tetap mengedepankan pasar untuk masa akan datang," katanya.
Kehadiran Archandra pun menurutnya harus mampu melakukan itu. Archandra yang dikenal secara teknis memiliki reputasi yang cukup diperhitungkan dirasa tidak cukup jika tidak memiliki pengalaman birokrasi.
"Harus pula perhatikan birokrasi juga. Makanya jika jadi menteri tidak hanya memiliki dan mampu dalam hal teknis saja," tutupnya. (Robi/voa-islam.com)