JAKARTA (voa-islam.com)- Atas ketidakkonsistenan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, beberapa aktivis menyarankan agar parpol yang mendukung segera menarik diri. Bila hal tersebut dilakukan, maka hal itu akan menjadib lumbung suara di pemilihan umum.
“Berdasarkan data-data di atas (gugat UU Pilkada, red) yang saya sampaikan, dan masih banyak lagi pertimbangan yang bisa menjadi bahan untuk mempertimbangkan kembali mendukung dan memilih sang gubernur dzolim tersebut. Besar harapan saya agar parpol pendukung untuk menarik dukungan. Dan saya yakin jika itu dilakukan akan mendapat respon yang positif di masyarkat bahkan saya yakin Pemilu 2019 akan menjadi parpol unggulan di DKI Jakarta. Tetapi sebaliknya saya yakin parpol tersebut akan menjadi parpol yang hina dan akan merosot pada pemilu 2019 nanti,” kata Koordinator AMJU, Jamran, melalui siaran persnya, tanggal 22 Agustus 2016, yang didapat voa-islam.com.
Menurutnya parpol harus mampu memanfaatkan momentum untuk mengangkat marwahnya kembali, menaikkan citranya kembali untuk mencalonkan yang layak dan pantas. Bahkan sudah terlihat sejak awal melakukan perlawanan yang nyata serta sangat terang-terangan dan ditakuti sang Gubernur dzolim.
“Pertimbangan saya untuk tidak asal lawan petahana juga tolong dipertimbangkan jangan sampai titipan dari kekuasaan pusat yang memang sengaja memasukan menjadi calon agar siapapun yang menang akan menjadi bonekanya. Kecerdasan, kejujuran dan keinginan yang tulus membangun Jakarta menjadi Ibukota negara yang disegani dan menjadi baromater bagi semua daerah lainnya di Indonesia menjadi bahan pertimbangan parpol saat ini.”
Khususnya bagi parpol-parpol Islam, ia sangat berharap agar bersatu untuk menentukan sikap dan nasib umat Islam di Jakarta saat ini.
“Besar harapan saya kepada masyrakat Jakarta khsususnya yang mempunyai hak pilih untuk mempertimbangkan tidak memilih Gubernur dzolim agar Jakarta selamat dari kerakusan dan ketamakan para pengusaha hitam di balik sang Gubernur dzolim ini. Jika memang pertimbangan uang yang menjadikan masyarakat memilih, mohon maaf tolong perhitungkan kerugian yang sangat fatal ke depan dibanding kita hanya akan menerima dan hanya cukup untuk 1 (satu) hari saja.”
Membangun JAKARTA tanpa gubernur dzolim akan lebih bermakna, karena berarti rakyat Jakarta mampu melawan pengusaha hitam di belakang sang petahana. “Mari kita bersatu. Mari kita bergandengan tangan dan mari kita satukan hati dan jiwa kita untuk Jakarta yang kita cintai ini demi anak cucu kita kelak dan di kemudian hari. Juga agar kita tidak menjadi asing (tamu) di tanah tumpah darahnya sendiri.” (Robi/voa-islam.com)