JAKARTA (voa-islam.com)- Perilaku atau etika Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dinilai jauh dari kebiasaan manusia normal lainnya. Jika di media "dibentuk" tegas, akan tetapi ternyata yang sebenarnya terjadi adalah setiap pernyataan jauh dari nalar.
"Ada persoalan dalam diri Ahok ini. Dalam sisi itu, pertama soal psikologis Ahok 'diuntungkan' karena dianggap lugas dan seolah menjawab adanya pemimpin tegas. Namun di sisi lain, sebetulnya merugikan dirinya sendiri karena setiap pernyataan yang keluar darinya tidak sama sekali masuk ke dalam nalar publik," kata pengamat sosial dan politik, Ubeidillah Badrun, beberapa waktu lalu, di Jakarta. Hal ini menurutnya tentu berbeda terbalik dengan Joko Widodo.
Bila menggunakan pendekatan rasional, Ahok dinilai olehnya lebih berbipikir untung dan rugi saja. "Dia itu hanya membaca keuntungan yang lebih besar. Dan ini akan berdampak pada praktek-praktek politiknya," tambahnya.
Sebagai contohnya, Ahok lebih bersikeras melakukan sesuatu atas keinginan tanpa memikirkan etika dalam berpolitik. Sehingga, atas perilaku Ahok tersebut, arag politik yang sehat beralih seperti perdagangan.
"Pertamma Ahok itu membaca ketika melakukan sesuatu. Katakanlah melakukan hal A. Maka saat ia melakukan hal itu siapapun dinilainya tidak akan berani karena mantan Bupati Bangka Belitung itu berlindung di balik para pemodal. Ini jelas perpolitikan kita telah bergeser. Dari adigium ke industri politik. Sehingga membuat Ahok sangat percaya diri akibat hal tersebut. Dan secara tidak langsung para pemodallah yang menentukan," jelasnya.
Bagi Ahok, tentu tidak masalah karena ada kekuatan itu. Yang pasti, Ahok merasa bahwa dirinya didukung penuh oleh pemilik-pemilik modal. "Yang penting pemilik modal setia kepada dirinya," tutupnya. (Robi/voa-islam.com)