JAKARTA (voa-islam.com)- Saat dahulu, pada masa Bung Karno, Jakarta diinginkan olehnya harus bersih dari pengaruh-pengaruh kolonial. Namun saat ini, DKI nampaknya berbalik seperti keadaan dahulu, di mana dikuasai (kembali) oleh pemilik modal.
“Gubernur ini ada hubungannya dengan Presiden. Waktu itu, Sukarno memberikan Jakarta ini sebagai kado terbaik ke Ali Sadikin. Ini hubungannya sangat penting. Bung Karno waktu itu mengatakan bahwa Jakarta adalah kota baru, walau memang warisan dari Batavia. Tetapi diubah oleh Sukarno dari sifat kolonialnya ke ruh revolusi. Dan jika saat itu kota Jakarta berubah kembali menjadi kota modal, maka Jakarta akan merevolusi dirinya dengan ide-ide,” kata sejarawan, JJ Rizal, beberapa waktu lalu di Cikini, Jakarta.
DKI pun ia sebut sebagai wajah Indonesia. Di mana proklamasi sebagai mukanya. Sehingga Jakarta harus hidup dengan cita-cita proklamasi. “Karena ide Jakarta itu sesungguhnya adalah ide proklamasi, yakni kemanusiaan. Itu sangat penting. Malah saat Jakarta ulang tahun, Bung Karno menggelar pidato. Namun sayang, kini Presiden tidak lagi berbuat sama,” ungkapnya.
JJ, lanjtunya, Bung Karno pun saat itu sangat menghargai orang-orang miskin. Karena Sukarno menilai bahwa orang miskin pun bagian dari kota Jakarta.
Menurutnya, pernah suatu waktu mantan Gubernur, Ali Sadikin meminta dana untuk berdayakan orang miskin. Akan tetapi saat itu Ali justru malah mendapat perlakuan tidak positif dari salah satu lembaga negara. “Bappenas saat itu mengatakan tidak mengurus orang miskin. Akhirnya Ali Sadikin membuat program yang controversial, yakni diberikannya tempat pelacuran dan judi di daerah Jakarta. Tujuannya adalah untuk mencari dana yang ditolak tadi. Akan tetapi, setelah berhasil, Ali diberikan ucapan selamat oleh banyak pihak,’ tutupnya. (Robi/voa-islam.com)