View Full Version
Jum'at, 07 Oct 2016

Menag: Manusia Indonesia Beradab, di Pilkada pun Harus Jaga Sikap Toleransi

JAKARTA (voa-islam.com)- Paska Basuki Tjahaja Purnama lontarkan bahwa masyarakat jangan mau dibohongi dengan membawa-bawa ayat suci Al-Qur’an, tidak lama Menag Lukman Hakim Saefuddin bisa jadi langsung meresponnya. Hal ini terlihat selang waktu yang hanya sehari atas ucapan tendensius Ahok, Menag memberikan komentarnya.

Menurut Menag, bagi calon Pilgub mendatang seharusnya dapat melakukan kompetisi yang sehat dan beradab. Salah satunya dengan mengedepankan kampanye bersifat promotif, bukan konfrontatif.

Alasannya, kata dia, pilihan kampanye bersifat promotif akan menunjukkan tingginya kualitas bangsa Indonesia dalam berdemokrasi. Dampaknya juga akan terasa lebih baik. Rakyat bisa lebih jernih menilai visi-misi yang ditawarkan setiap pasangan calon sehingga lebih obyektif dalam menentukan pilihan.

“Kita ini manusia Indonesia yang beradab. Sehingga dalam pesta demokrasi seperti Pilkada pun, kita hendaknya senantiasa menjaga sikap toleransi dan tenggang rasa atau tepo seliro,” kata Menag Lukman, di Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Menurut Menag, pada masyarakat Indonesia yang majemuk, isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) memang sulit dielakkan dari dinamika Pilkada. Dapat dimaklumi pula jika orang memilih pasangan calon yang dianggapnya terbaik berdasarkan preferensi SARA. Di negara yang demokratis, setiap orang berhak menentukan pilihan sesuai pandangan, alasan, dan keyakinan masing-masing, demikian yang dikutip dari Antara.

Namun, hendaknya isu SARA terutama agama dapat dikemas secara lebih beradab agar tidak merusak keharmonisan sesama anak bangsa. Ia mencontohkan, memanipulasi tafsir ayat agama untuk menjelekkan calon tertentu merupakan tindakan yang rentan konflik. Pernyataan yang melecehkan, menista, atau menjelekkan isi ayat suci juga menandakan perbuatan tidak beradab.

“Saya meminta para paslon dan tim suksesnya agar tidak mencederai keagungan agama dengan tindakan seperti memanipulasi, menista, melecehkan, apalagi menjelek-jelekkan ajaran agama. Jangan melakukan kampanye kotor, atau menggunakan agama untuk membenarkan tindakan negatif,” tegasnya. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version