View Full Version
Selasa, 01 Nov 2016

Studi: Umat Islam Lahirkan Indonesia, tetapi Lebih Pilih Agamanya daripada Negara

JAKARTA (voa-islam.com)- Bila ada yang meragukan bahwa negeri Indonesia memiliki toleransi tinggi, maka dapat dipastikan mereka datang dari kalangan provokasi. Kalangan yang umumnya tidak menyukai kedamaian.

"Mempertanyakan toleransi di negeri yang toleran adalah provokasi. Entahlah dari mana provokasi itu datang. Tapi pasti niatnya tidak baik," tulis Fahri Hamzah dalam akun Instagramnya, Senin (31/10/2016).

Pertama menurut Fahri datangnya niat tidak baik itu misalnya membuat orang yang memiliki moderat tiba-tiba menjadi radikal. Sama seperti memertajam hulu ledak sosial.

"Karena begitu agama menjadi masalah maka itulah inti masalah. Orang akhirnya memilih. Begini logika orang: kalau harus memilih membela agama atau negara, orang pasti akan membela agama. Dan ini adalah studi sosiologi yang lama tentang agama Islam."

Hal ini disebabkan karena agama Islam bagi umatnya adalah segalanya. Bahkan seperti sudah mengakar ke dalam jiwanya.

"Agama ini terlalu kuat invasi ke dalam diri orang. Itu sebabnya, pemabuk bisa tetap menjadi muslim dan jangan coba-coba ganggu agamanya. Dan inilah yang rasanya mulai sering diganggu oleh orang yang tidak tahu diri."

Sebelum berdirinya negara, semangat yang dipakai itu untuk merdeka. Hal ini dapat dilihat dari, misalnya hadir resolusi dan fatwa jihad yang dikumandangkan oleh ulama.

"Saudara mengerti apa itu Hari Santri yang sekarang diperingati secara nasional? Itulah hari ketika resolusi dan fatwa jihad dikumandangkan oleh para ulama. Lalu fatwa itu menjadi viral dan menyebar menjadi bara api yang membakar lumat para penjajah.

Fatwa yang menjalar dan menimbulkan pemberontakan di mana-mana. Mengantarkan kita pada kemerdekaan. Lalu, apakah setelah negara berdiri fatwa itu hilang? Jihad hilang dan kosa kata dalam agama hilang?" (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version