JAKARTA (voa-islam.com)- Paska aksi damai Bela Islam II pemerintah bisa jadi nampak was-was akan ada aksi susulan. Hal ini kemungkinan terlihat dari sikap Jokowi yang menyambangi markas-markas militer dan Polri dalam sepekan penuh.
Bagi politisi kawakan, Ridwan Saidi, sikap Jokowi itu berlebihan. Jokowi dinilai, dalam menyambangi instansi keamanan dan pertahanan tersebut mengindahkan solusi.
"Diumpamakan dia itu bagai orang pengangguran. Jalannya nunduk, dengan harapan mendapatkan sesuatu. Jalan ke sana dan ke sini. Ke markas tentara dan juga ke ormas-ormas Islam. Dan Jokowi juga berada dalam ketakutan yang berlebihan. Dia bukannya cari solusi di dalam perjalanannya mengatur pemerintahan," ucapnya, Kamis (17/11/2016), di Jakarta.
Saking menilai hal demikian, ia bahkan menyebut bahwa rezim Jokowi ini rezimnya RRC. "Sudah, tidak perlu ditutupi-tutupi lagi. Tidak perlu disembunyikan. Sangat sulit, karena rezim ini rezim RRC. Nanti pun empat partai pendukungnya akan berlatih ke Cina," sambunnya tegas.
Tujuannya, lanjutnya, adalah untuk membawa Ahok tetap menjadi Gubernur DKI Jakarta mendatang. Hal ini kemungkinan saja terjadi karena di belakang Ahok itu ada kelompok besar yang mendukung tanpa batas.
"Ahok itu harus jadi Gubernur karena kepercayaan cukung kepada dia. Jadi wajar jika ia menyebutkan Jokowi menjadi Presiden karena mendapat bantuan," tambahnya.
Sikap para cukong yang dimaksu oleh Babeh, demikian sapaan akrabnya akan menguat, bahkan jika tidak menjadi Gubernur DKI, ia disiapkan untuk tahun 2019 mendatang. "Apapun, Ahok itu harus dibela. Kalau copot kan berlanjut untuk 2019," tutupnya. (Robi/voa-islam.com)