JAKARTA (voa-islam.com)- Pelarangan aksi Super Damai Bela Islam III yang akan berlangsung pada tanggal 2 Desember depan nampak mendapat sambutan hangat. Bahkan saking hangatnya, Jokowi dan Kapolri sangat reaktif menanggapinya.
Padahal reaksi tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah, melainkan akan menimbulkan masalah baru.
“Jokowi melarang unjuk rasa dan membuat maklumat pelarangan demo di tempat umum di tengah sudah ada 2 aksi besar. Ini memicu radikalisme. Pelarangan demo 2 Desember oleh Jokowi dan Kapolri artinya menimbulkan ketegangan baru yang tidak perlu. Menambah masalah baru di masyarakat,” kata Andi Arief, mantan Staff Khusus Presiden SBY, melalui akun Twitternya.
Saking paniknya Jokowi, maka menyambut aksi damai saja sampai melebelkan bahwa itu dugaan perbuatan makar. “Ada yang ingin berkepentingan menggulingkan Jokowi, lalu aksi 2 Desember bagi Jokowi ada satu agenda, lalu muncullah kata makar.”
Namun, ia mempertanyakan, kata makar yang didapat oleh Jokowi tersebut. “Pertanyaan saya, kesimpulan makar yang didapat Presiden itu datang dari sumber resmi negara atau lagi-lagi berdasarkan laporan konsultan?”
Di lain sisi, Jokowi yang bersikap demikian dianggapnya hal wajar karena memang mantan Walikota Solo tersebut tidak terdidik di dunia pergerakan. Dan dianggap maklum jika Jokowi menjadi penakut.
“Jokowi tidak terdidik di dunia gerakan. Wajar kalau tajut gerakan massa dan minta Kapolri melarang 2 Desember. Tapi anomaly PDIP berkuasa.” (Robi/voa-islam.com)