Namun rupanya pihak manajemen benar-benar tidak memperkirakan jika konsumen Sari Roti selama ini justru lebih banyak dikonsumsi oleh umat Islam, yang nota bene juga banyak dari kalangan menengah ke atas.
“Kalau mau jujur pelanggan Sari Roti justru banyak dikonsumsi oleh umat muslim, jadi tidak heran kalau banyak produk mereka akhirnya expired,” ujar Abdullah Kelrey, Ketua Indonesia Youth Society.
Ucapan Dullah bukan sekedar prediksi, karena terbukti dengan banyaknya foto-foto yang diunggah ke media sosial, terkait dengan produk Sari Roti yang akhirnya harus dikembalikan ke perusahaan.
Untuk mengembalikan kepercayaan menurut Dullah sudah sangat sulit, apalagi pihak manajemen Sari Roti justru terkesan sangat angkuh, bahkan mereka percaya jika saham milik PT. Nippon Indorsari Corporindo yang sempat jatuh bukan karena hasil dari boikot umat muslim.
Namun Sari Roti memang tidak ingin mengalah, bahkan ucapan jika pelanggan mereka adalah kelas menengah keatas, justru berbeda jauh dengan kenyataan dilapangan, karena salah srau netizen sempat mengirimkan sebuah foto yang memperlihatkan seorang wanita muda mengenakan kaos berwarna biru bertuliskan Sari Roti, menjajakan Roti dari produk Sari Roti di pintu tol, ketika mobil sedang antri.
Sementara itu di beberapa minimarket, seperti Seven Eleven, Alfamart dan Indomart, rak yang dulunya di isi oleh Sari Roti, kini mulai diganti dengan roti dengan merek “My Roti”. Namun beberapa netizen justru mencurigai jika My Roti sebenarnya adalah Sari Roti yang berganti nama.* [Ermus/Syaf/voa-islam.com]