View Full Version
Sabtu, 21 Jan 2017

Ketua PB Al Washliyah: Polri Saat Ini Jadi Alat Kekuasaan

 

JAKARTA (voa-islam.com)--Merebaknya rasa dan istilah "tumpul ke atas, tajam ke bawa" pada penegakan hukum kita akhir-akhir ini, semakin diperkuat dengan sikap dan tindakan yang dilakukan Polri belakangan ini. 

Demikian diungkapkan oleh Ketua PB Alwashliyah, Ahmad Doli Kurnia dalam keterangan persnya, Jakarta, Jumat 20 Januari 2017.

"Perhatian kita semua tersita dengan apa yang dilakukan Polri, bukan karena prestasinya, tetapi justru karena tindakan-tindakan yang berlebihan yang menambah citra negatif masyarakat terhadap mereka," kata Politisi Golkar itu.

Menurut Doli, Polri di bawah kepemimpinan Tito Karnavian telah berubah wujud ke atas seperti partai politik pendukung pemerintah, ke bawah seperti Ormas bersenjata. 

"Polri telah benar-benar menjadi alat penguasa, bukan lagi sebagai alat negara. Mereka tidak lagi berada di tengah dan bisa adil terhadap semua pihak, namun sudah menjadi bagian sebuah kekuatan politik," ungkap Koordinator Kesatuan Aksi KB-HMI itu.

Lanjut Doli, sikap dan tindakan Polri mulai dari soal Ahok, Aksi Bela Islam, makar, FPI, fatwa MUI, selalu didasari oleh semangat melindungi kekuasaan yang anti kritik dan dengan asumsi apriori, kecurigaan, dan antipati terhadap kelompok tertentu seperti lazimnya sikap sebuah partai politik. 

"Sementara ke masyarakat, bukannya sebagai pengayom dan penengah di antara anggota masyarakat yang berselisih, malah ikut di depan menjadi provokator terjadinya konflik antar kelompok,"ucap Ketua Umum DPP KNPI Periode 2008-2011 ini.

Bahkan, cetus Doli, dengan bangganya pula seorang Kapolda berdiri dan berbicara seperti Ketua Ormas menantang Ketua Ormas yang lain serta melakukan penggalangan untuk membubarkan Ormas lain itu.  Jadi, sambungnya, wajar saja banyak kalangan seperti DPR, Kompolnas dan elemen masyarakat lainnya meminta Kapolda-Kapolda seperti itu dicopot. 

Terakhir, Kapolri pun ikut blunder lagi. Pernyataannya bahwa Fatwa MUI dapat mengancam keamanan negara, sesungguhnya itu juga masuk kategori penghinaan terhadap Ulama dan Ummat Islam. 

"Sangatlah tidak pantas Tito yang juga seorang Muslim mengeluarkan pernyataan seperti itu. Seingat saya setelah tahun 1965, baru kali ini ada Kapolri dan rezim pemerintahan yang berhadapan dengan ulama dan MUI secara terbuka," tandasnya. * [Bilal/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version