JAKARTA (voa-islam.com)--Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk ketiga kalinya menggelar dialog kebangsaan, pada Selasa 21 Maret 2017, di Gedung MUI, Jalan Proklamasi 51, Jakarta Pusat. Kegiatan bertema "Dialog Ulama-Umara: Meneguhkan Kondusifitas Umat" ini turut mengundang Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Dalam dialog kebangsaan ini hadir pula Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI, Din Syamsyudin. Sebelum dialog dimulai Din mengajak seluruh peserta dialog untuk mendo’akan mantan Ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi yang baru wafat pada Kamis 16 Maret yang lalu.
Merespon tema yang diangkat pada dialog ini, Kapolri Tito Karnavian menyampaikan bahwa kebhinekaan yang dimiliki bangsa ini harus dirawat bersama oleh rakyat Indonesia dan juga MUI.
"Saya ingin lebih menyampaikan tentang kebhinekaan karena ini merupakan tanggungjawab kita semua," kata Tito.
Selanjutnya para pimpinan MUI bergantian menyampaikan berbagai saran maupun pertanyaan kepada Kapolri. Kapolri sangat mengapresiasi masukan-masukan tersebut dan berjanji akan menindak lanjuti.
Salah satu masukan disampaikan oleh Wasekjen MUI Ust. Muhammad Zaitun Rasmin. Ia menyampaikan beberapa masukan terkait pentingnya dialog antara ulama dengan pemerintah hingga soal Pilkada DKI.
Kapolri menyambut baik masukan-masukan tersebut dan berjanji akan membahas dalam rapat bersama pihak terkait. “Tadi saya catat point-point pentingnya untuk saya bawa (ke rapat-rapat dengan pihak terkait).” kata Kapolri menanggapi.
Ust. Zaitun menyatakan bahwa langkah awal untuk menyelesaikan banyak persoalan bangsa adalah dengan melangsungkan dialog. Ketua Umum Wahdah Islamiyah ini mengusulkan agar Polri bersama pemerintah bisa terus menjalin komunikasi, bukan hanya dengan para ulama tapi juga dengan para konglomerat di negeri ini.
Menurutnya, hal ini pernah juga dilakukan para pemimpin terdahulu. Diantaranya seperti yang dilakukan Pak Harto di era Orde Baru. Menurut beliau, dialog dengan melibatkan para ulama, umara’, dan para pengusaha seperti itu akan dapat menyelesaikan banyak persoalan.
“Segala masalah bisa diatasi dengan dialog, dengan komunikasi. Alhamdulillah bapak (Kapolri) ini selalu komunikasi dengan para ulama’. Komunikasi dengan para konglomerat ini juga saya kira perlu,” ungkapnya.
Para konglomerat yang dimaksud bukan hanya yang beragama Islam. Termasuk para pengusaha dari agama lain. Beliau sampaikan, “Umat Islam akan terus siap melanjutkan persahabatan dengan etnis dan agama manapun seperti yang selama ini dilakukan.”
Berikutnya Ust. Zaitun titip pesan agar masukan ini bisa disampaikan kepada Presiden RI Joko Widodo. Beliau berharap Presiden berkenan mengundang para ulama dan tokoh bangsa untuk melakukan dialog kebangsaan berikutnya.
Wasekjen MUI yang juga Wakil ketua GNPF (Gerakan Nasional pengawal Fatwa) MUI ini menyatakan bahwa umat Islam dan para ulamanya sangat mencintai NKRI. Semua menginginkan kebaikan bagi negeri tercinta ini. Dan bentuk kecintaan itu adalah dengan dialog bersama mencari jalan keluar berbagai persoalan.
“Kita sayang negeri ini, tapi betul-betul langkah awal Pak, untuk menyelesaikan (persoalan bangsa), mudah-mudahan salah satunya kompromi (dengan sesama komponen bangsa),” pungkas beliau.
Menutup usulan tersebut beliau sempat sampaikan harapan agar Pilkada DKI berlangsung secara elegan dan konstitusional. Beliau berharap hal ini bisa diupayakan bukan hanya pihak pasangan calon muslim saja, tapi oleh kedua belah pihak. Ini karena Pilkada DKI sebagai hajatan terdekat umat di ibukota akan menjadi barometer di seluruh tanah air.
Kapolri juga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menjaga kebhinekaan dan juga mencegah adanya perpecahan antar kelompok.* [Bilal/Syaf/voa-islam.com]