JAKARTA (voa-islam.com)- Pesta demokrasi yang berlangsung lima tahunan sekali dinilai sebagai permainan, yang di mana warga hanya dijadikan objeknya, bukan sebagai subjek tanpa harus tahu mengapa mereka mesti pergi ke TPS.
“Rakyat saat ini hanya diminta ke TPS. Tetapi rakyat terlihat tidak tahu apa posisi dan sebagai apa mereka. Rakyat nampak digiring. Sehingga kedudukan rakyat tidak jelas di mana tempatnya. Inilah yang dimainkan di dalam demokrasi kita sekarang,” sampai pengamat politik, Ferdinand Hutahean, Rabu (12/04/2017), di kawasn Cilandak, Jakarta Selatan.
Rakyat juga dinilainya tidak terlihat menikmati pesta ini. Justru sebaliknya, hanya elit yang nampak menikmatinya.
“Saya tidak setuju dengan Pilkada ini dilanjutkan lagi, sebab rakyat tidak menikmati. Hanya elit yang menikmatinya,” tambahnya.
Kecuali, lanjutnya, jika sudah sama-sama mengerti apa itu demokrasi Pilkada ini tidak ada alasan untuk dihentikan. “Ditunda saja. Setelah itu baru dimulai setelah kita mengerti demokrasi. Karena apapun hasilnya nanti, tidak satupun yang berakibat baik bagi kita,” tutupnya pesimis. (Robi/voa-islam.com)