BANDUNG (voa-islam.com) - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat GEMA Pembebasan Kota Bandung melakukan kunjungan silahturahim ke Pengurus Daerah KAMMI Bandung. Dalam lawatannya di Kantor PD Bandung Jl. Wiranta No. 64 Cibeungying Cicadas Bandung, beberapa isu yang tengah hangat yakni isu kriminalisasi ulama, aktivis dan ormas islam turut menjadi pembahasan diantara kedua belah pihak.
Beberapa pengurus inti seperti Aziz (Ketua KAMMI Bandung), Sekertaris Umum KAMMI Bandung dan Pengurus GEMA Pembebasan Kota Bandung yang hadir memberikan statement akan hal itu.
Menyoal penangkapan yang tiujukan kebebarapa Ulama dan Aktivis, Ketua KAMMI Bandung menanggapi bahwa Perjuangan kita akan mendapatkan titik buntu selama tidak ada korban atau martir, eskalasi jalanan harus ditempuh melalui martir agar isu yang dibangun mahasiswa terus berlanjut tidak dihabisi oleh isu pemerintah, misalnya tiba-tiba ada Bom Teroris dan sebagainya.
“Dikampus sudah tidak jelas, karena kondisi kampus yang apatis tidak bisa melakukan apa-apa. Pasca penetapan HRS ditetapkan sebagai tersangka ini kesannya Rezim luar biasa parah memperbodoh rakyat Indonesia. Dengan mudahnya Rezim ini menetapkan sebagai tersangka padahal rakyat tau bagaimana fakta dilapangan, di sosial media. Maka kita tidak bisa berdiam diri terkait dengan kriminalisasi Ulama,” paparnya.
Kadiv. Kajian Strategis GP Bandung, Ardhiana NH memandang hal yangsama bahwa Kampus pada dasarnya memiliki ruang kritis terhadap eksistensi Penguasa, maka seharusnya memiliki sikap yang jelas atas kondisi politik dewasa ini, termasuk kaum intelektual Mahasiswa itu sendiri. Namun ironisnya, dengan penentuan Rektor di kampus-kampus oleh Presiden, hal ini menujukan Rezim semakin membungkam gerak mahasiswa dan mematikan peran politiknya dengan dalih memberantas radikalisme. Menyangkut problem radikal dan arus opini yang membagi kedalam pro-kebhinekaan dan Islam, KAMMI tidak tenggelan dengan isu yang beredar. KAMMI tetap memberikan pemahaman kepada kader-kader akan makna radikal sebagai Islam yang mengakar.
“Akhir-akhir ini seolah-olah memang benar Penguasa sedang membenturkan antara Pancasila dengan Islam,” papar Sekum KAMMI.
Disinilah Rezim telah melakukan upaya legitimasi (pembenaran-pembenaran) atas kebijakan-kebijakan yang sewenang-wenang mengkriminalisasikan ulama, ormas dan aktivis Islam dengan memperalat Pancasila, Kebhinekaan, UUD 1945 dan Negara itu sendiri.
“Jika dilihat baik GEMA Pembebasan maupun KAMMI adalah organ dakwah yang belum melakukan apa-apa terhadap Negara masih dalam domain menyampaikan sebuah ide, sedangkan Rezim telah lebih jauh mengotak-atik perangkat-perangkat Negara secara sewenag-wenang dan memaksa. Disinilah Rezim adalah aktor Radikal dan Represif, Bukan organ Mahasiswa yang justru dengan lurus berdakwah, menyampaikan semata-mata Islam kepada masyarakat,” pungkas Ketua GEMA Pembebasan Kota Bandung. [aziz/syahid/syahid/voa-islam.com]
Foto: ilustrasi