JAKARTA (voa-islam.com)- atau merasakan rezim ini kurang bersahabat dengan Islam dan umatnya.
“Dalam perspektif kepentingan Jokowi, pada prinsipnya berupaya untuk kembali menjadi Calon Presiden (Capres) Pilpres 2019 mendatang. Bagaimanapun, belakangan ini sudah ada kesadaran politik Jokowi untuk menghindarkan persepsi negatif umat Islam tentang dirinya karena mendukung Ahok penista agama Islam, dan kriminalisasi aktivis dan Ulama Islam yang kini masih berlangsung,” kata pengamat politik, Muchtar Effendi Harahap, melalui siaran persny beberapa waktu lalu.
Menurutnya, sebagai pihak berkepentingan, meningkatkan dukungan pemilih dan elektabilitas, Jokowi tentu dengann fasilitas jabatan Presiden dimiliki berupaya mencari simpati dan persepsi dan sikap positif umat Islam.
“Beragam cara dilakukan, antara lain mengunjungi beragam komunitas muslim dan terakhir bertemu dengan para elite umat Islam politik yang terlibat aksi damai Islam I,II dan III.”
Sebelumnya, menurut Muchtar pertemuan beberapa figur GNPF MUI dengan Jokowi hari raya Idul Fitri ini sungguh mengundang pro kontra. Bagi kekuatan Islam politik menunjukkan sikap antipati atas peristiwa pertemuan itu.
Pertemuan Jokowi dengan beberapa tokoh Islam saat idul fitri ini adalah satu upaya untuk mencari simpati dan dukungan politik dari umat Islam. Upaya Jokowi yang mengundang pro kontra ini tentu membantu diri Jokowi peningkatan citra positif di mata publik.
Menurut dirinya, upaya ini secara politik rasional sekalipun terkesan "abuse of power" atau penyalahgunaan fasilitas negara untuk kepentingan politik pribadi. Secara hukum memang sah saja, tak ada larangan. Hanya secara moralitas politik, menjadi persoalan. (Robi/voa-islam.com)