JAKARTA (voa-islam.com)- Dua puluh tahun setelah merdeka, Indonesia mengalami krisis politik besar dan berdarah yang membawa keruntuhan rezim Orde Baru. Perekonomian morat marit. Laju inflasi meroket ke aras 650 persen. Kelangkaan barang sangat masif.
Dua dekade berikutnya kembali terjadi krisis besar. Krisis ekonomi terparah dalam sejarah Indonesia merdeka yang membawa perekonomian ke jurang amat dalam. Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi sebesar 13,1 persen, jauh lebih dalam ketimbang tahun 1963 yang hanya 2,3 persen. Krisis tahun 1998 juga ditandai oleh kejatuhan rezim.
“Dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia yang serba tak pasti dan tekanan proteksionisme serta perkembangan politik global yang ditandai oleh maraknya populisme, cara terbaik bagi Indonesia untuk mengantisipasinya adalah dengan memperkokoh fondasi perekonomian atau meningkatkan daya tahan domestik. Itulah makna dari tekad kita untuk berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).
Kita menghadapi tantangan besar untuk melumatkan kemiskinan. Bung Karno berujar: “Tidak boleh ada kemiskinan di bumi Indonesia merdeka.”
Segenap tenaga kita himpun untuk berjihad memerangi kemiskinan. Beriringan dengan itu, kita dituntut untuk mewujudkan keadilan sosial,” demikian kata ekonom, Faisal Basri, melalui faisalbasri.com, kemarin (29/06/2017).
Menurut dirinya, amat banyak yang harus dikejar untuk merealisasikan tujuan kemerdekaan. “Namun, kita perlu realistik mengukur kekuatan diri sendiri agar tidak kembali terperosok ke jurang atau masuk ke dalam cengkeraman kekuatan luar.” (Robi/voa-islam.com)