View Full Version
Jum'at, 07 Jul 2017

[PART 1] Rizal Ramli Bongkar Ekonomi dan Politik Usai Jadi Menteri, Ternyata...

JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam acara Halal bil Halal di Kantor Rizal Ramli, Rabu (5/7/2017), Voa-Islam sempat mengabadikan video atas pandangan dan paparan beliau usai turun dari Jabatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia, Rizal Ramli menggantikan Indroyono Soesilo sejak 12 Agustus 2015.

Dr. Rizal Ramli yang lahir di Padang, Sumatera Barat, 10 Desember 1954 ini bukanlah seorang menteri saja ia juga seorang mantan tokoh pergerakan mahasiswa, ahli ekonomi dan politisi Indonesia.

Dalam video yang direkam Voa-Islam, ia berbicara sekitar 20 menit di aula ruangan kantornya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Undangan yang datang dari aktifis mahasiswa 1977/1978 yang juga kolega semasa kuliah Rizal Ramli.

Acara dibuka oleh Ustadz Edy Mulyadi, ia menyitir bahwa bangsa Indonesia sedang sakit, "Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Surat Ash Shaff ayat 4", buka Ustadz Edy.

Lalu Rizal Ramli membuka acara dengan sindiran halus, "Saya mohon maaf lahir batin, baik yang sengaja maupun tidak sengaja pada kawan-kawan semua. Selama setahun terakhir bangsa kita mengalami cobaan, ada cobaan yang tidak bisa dihindarkan, tapi ada juga cobaan yang dibikin sendiri, semua dicoba-coba." kelakarnya dalam acara Halal Bil Halal di kantornya yang asri ini.

Apa saja yang dipaparkan DR. Rizal Ramli? Simak Video PART 1, Eksklusif di Voa-Islam.com :

Menurut Edy Mulyadi, yang juga tim Rizal Ramli, Jokowi yang modal sosial dan politiknya nyaris ludes karena kasus Ahok, bisa dikatakan kini berada di ujung tanduk. Pasalnya, dia masih saja menyerahkan urusan ekonomi kepada para menterinya yang menjadi komparador juragan neolib. Inilah pertaruhan kedua, di sektor ekonomi.

Paham neolib yang dengan konsisten diterapkan melahirkan kebijakan konstraksi habis-habisan alias austerity policy di saat ekonomi melemah. Pememotongan anggaran tahun lalu saja mencapai Rp133,8 triliun.

Padahal, pemotongan anggaran hanya bagus di mata internasional (baca: World Bank, IMF, ADB, dan para konconya). Kenapa? Dengan memotong anggaran, nilai aset di dalam negeri, bakal stagnan.Bahkan bisa turun.

Nah, saat itulah investor getol belanja aset di sini. Pemotongan anggaran memang memberi ruang fiskal lebih luas kepada APBN. Tapi kelonggaran ini dimanfaatkan untuk membayar bunga dan pokok utang luar negeri.

Tentu saja, para bond holder bersorak-sorai karenanya. Apalagi Menkeu memang sangat dikenal rajin mengobral bunga supertinggi tiap kali obligasi yang diterbitkan negeri ini. Ideologi neolib pula yang menentukan gunting tajam anggaran harus memotong berbagai alokasi dana untuk pembangunan dan subsidi sosial.

Berbagai subsidi langsung dikurangi atau bahkan dihapuskan. Dampaknya, beban rakyat kian berat. BBM naik, listrik naik, gas naik. Di mata kaum neolib, subsidi adalah pendistorsi ekonomi. Subsidi jadi barang haram yang amat tabu diterapkan.

Karenanya subsidi harus ditekan serendah mungkin, jika bisa mencapai titik nol. Singkirkan jauh-jauh tangan pemerintah dari kegiatan ekonomi. Serahkan saja segala sesuatunya pada mekanisme pasar. Biarkan pasar yang kelak akan mencari ekuilibriumnya sendiri.

[Adivammar/voa-islam.com] 


latestnews

View Full Version