JAKARTA (voa-islam.com)- Memimpin itu butuh sikap berpikir realistis dan mengerti skala prioritas. Pemimpin juga harus tahu secara konkret kemampuan negaranya sebelum melakukan atau menetapkan segala sesuatu.
“Semua negara ingin memiliki infrastruktur yang hebat dan mewah, tapi kita harus melihat kemampuan kita secara nyata supaya rakyat tidak disuguhi omong kosong dan janji – janji semata,” kata pengamat politik dari Ruma Amanah Rakyat, Ferdinand Hutahean, melalui tulisannya yang berjudul ‘Indonesia semakin Dekat menjadi Negara Gagal’, yang didapat voa-islam.com, Senin (10/07/2017).
Oleh karena itu, ia berpikir Jokowi sebagai presiden saat ini sangat tidak patut memikirkan pemilu 2019 di sela sederet kegagalan dan sederet panjang daftar janji kampanye 2014 yang belum terealisasi atau bahkan tidak direalisasikan sama sekali.
Jokowi sebaiknya fokus dulu menyelesaikan janji kampanyenya 2014 lalu, fokus menyelamatkan perekonomian yang diujung krisis dan terancam jatuh daripada melempar wacana – wacana mimpi seperti pemindahan ibu kota, kereta api cepat dan segudang janji infrastruktur yang diluar kemampuan kita.
“Saya menghimbau Jokowi agar realistis dalam menetapkan skala prioritas membangun infrastruktur. Hentikan memajaki rakyat dan hentikan berhutang secara ugal-ugalan. Lebih baik bangsa ini hanya punya APBN 1600 Trilliun tapi sehat daripada 2000 Trilliun tapi ekonomi tidak sehat. Rasionalitas dan sikap realistis sangat dibutuhkan. Efisiensi harus benar-benar dilakukan mulai dari pemotongan anggaran dan penghematan perjalanan dinas.
Membawa anak mantu dan cucu dalam kunjungan kerja itu merupakan bentuk nyata inefisiensi. Semoga biaya perjalan itu dibayar dengan uang pribadi agar tidak membebani APBN yang sedsng sekarat.” (Robi/voa-islam.com)