JAKARTA (voa-islam.com)- Wasekjen partai Demokrat, Rachland Nashidik menduga Pancasila saat ini beralih fungsi menjadi alat untuk menyingkirkan lawan politik. Kondisi ini menurutnya hampir sama seperti di era Orde Baru (Orba).
"Bener gak sih perasaan saya ini? Kian terbukti Pancasila kini kembali seperti masa Orba: alat politik untuk menyingkirkan, bukan menyatukan," tulisnya, di akun Twitter pribadi miliknya, Jum'at (4/8/2017).
Salah satu yang ia sitir ialah bagaimana pemerintah mendukung Perppu Nomor 2 Tahun 2017 lalu menjadi kontroversi menolaknya. Tetapi saya, Rachland melihat kontroversi tersebut malah dianggap pemerintah sebagai anti Pancasila.
"Kalau menolak Perpu Ormas disamakan anti Pancasila, sekalian saja pemerintah bubarkan empat partai yang dituduh."
Sehingga menurutnya keinginan pemerintah itu dapat terlaksana. Bahkan keinginan dari oknum-oknum tertentu yang menurutnya ingin calon Presiden tunggal juga dapat terlaksana.
"Setelah empat partai dibubarkan, PT 20 persen bisa dipakai partai-partai pro pemerintah usung Capres tunggal. Hapus saja Pemilu 2019 sekalian."
Untuk Perppu Nomor 2 Tahun 2017, banyak dari kalangan yang menolaknya. Salah satunya berpandangan bahwa Perppu Ormas tersebut dapat disalahgunakan oleh pemerintah karena berbeda.
Sedangkan soal PT 20 persen, setidaknya empat partai menolak. Salah satunya dinilai, selain berpotensi memunculkan calon tunggal, juga dapat menyingkirkan hak-hak partai lainnya untuk mencalonkan presiden sendirim (Robi/voa-islam.com)