JAKARTA (voa-islam.com)- Mantan pejabat Wolrd Bank, Sri Mulyani dituding sebagai pejuang neolib oleh salah satu pengamat yang sekaligus merupakan mantan Staf Ahli Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, Edy Mulyadi. “Sri Mulyani itu sebenarnya adalah pejuang neolib. Dan jejak neolib dia itu, di mana dia bekerja untuk asing itu sudah lama ketika dia belum apa-apa termasuk menteri.
Jadi ketika menteri koordinatornya keuangannya Kwik Kwan Gie, tahun 1998 paska krisis itu, dalam rapat-rapat internal kabinet, Sri Mulyani selalu hadir selaku sekretaris di Dewan Sekretaris Nasional waktu itu yang dibentuk oleh Gusdur. Dalam rapat itu, Sri Mulyani hanya bertugas mengingatkan kabinet bahwa Indonesia harus patuh terhadap LoA yang dibuat IMF.
Bolak balik dia ingatkan itu. Kalau selama rapat dia suka main handphone. Ketika saat itu ingin menyelamatkan sebuah bank (saya lupa nama banknya), diteruskan bertahap atau sekaligus walau IMF minta bertahap, tapi akhirnya Kwik Kwan Gie memutuskan sekaligus agar tidak bolak balik tidak minta izin ke DPR, begitu sampai di kamar kerjanya, Kwik Kwan Gie ditelpon oleh perwakilan bank dunia di Jakarta dimarah-marahi.
Dari mana dia (perwakilan) itu tahu? Kalau bukan Sri Mulyani yang melaporkan melalui handphone-nya? Jadi ini benar-benar bekerja untuk asing (neolib),” ujarnya, saat berbincang-bincang dengan voa-islam.com, Selasa (12/09/2017), di Jakarta.
Melihat “kinerja” Sri tersebut, ia mengira Jokowi ini menjadi “korban”. “Saya kira ini Jokowi ini korban iklan. Jokowi kadung kampanye kerja, kerja, kerja dan duitnya ada, duitnya ada, ternyata tidak ada sehingga harus ada duit.
Lalu diberikanlah masukkan-masukkan dan Sri Mulyani-lah yang tepat sebagai orang yang mencari duit karena dilihat reputasi internasionalnya bagus. Waktu zaman SBY, dia juga sempat ditarik sebagai salah satu Manager Director World Bank dan segala macam. Begitu dimasukkan, tapi akhirnya memberikan bunga-bunga yang super tinggi,” jelasnya.
Edy menyarankan agar, jika ada perombakan kabinet sebaiknya dipertimbangkan mengganti Menkeu Sri Mulyani. “Kalau mau berhenti berutang, maka ganti menteri-menteri yang berpaham neolib. Selama mereka di sana, neolib itu tidak akan menyejahterakan rakyat.
Di negara-negara manapun juga Amerika Latin maju (Brazil) karena mereka meninggalkan neolib-nya. Mereka mampu berdiri. Banyak sekali ekonomo-ekonom pengganti Sri Mulyani berpaham konstitusi dan setia pada rakyat, bekerja untuk rakyat. Dan yang paling penting tidak tunduk pada asing dan aseng,” tutupnya dengan saran. (Robi/voa-islam.com)