View Full Version
Senin, 18 Sep 2017

Terbentur Prosedur, Sidang AIPA ke depan Diharapkan Berubah agar Lebih Peduli dengan Rohingya

JAKARTA (voa-islam.com)- Akibat penolakan delegasi parlemen Myanmar atas proposal kemanusiaan Indoensia, sidang ASEAN Inter-Parliementary Assembly (AIPA) ke-38 hampir deadlock. Dari sisi organisasi menurut delegai Indonesia, Fadli Zon menilai sebenarnya adalah preseden bagus, yakni negara-negara anggota AIPA dapat menyadari kelemahan sistem tersebut.

“Ke depan saya kira AIPA perlu melakukan reformasi dan amandemen statute agar jangan sampai terjadi lagi isu yang krusial seperti kemanusiaan, misalnya dihambat oleh prosedur organisasi,” kata Fadli, di akun Twitter pribadi miliknya, Ahad (17/09/2017).

Fadli menyatakan, Indonesia ingin mengingatkan jika ASEAN dan AIPA seharusnya tidak menjadi organisasi arisan semata. Sebab menurutnya, Asia Tenggara tidak akan maju jika organisasi regionalnya tidak mereformasi diri dan mengambil peran yang lebih responssif.

“Kecilnya peran ASEAN dan AIPA dalam penyelesaian tragedy kemanusiaan yang terjadi di Myanmar mencerminkan ketertinggalan itu. Indonesia memandang aturan semacam ini ke depannya perlu ditinjau kembali, karena memiliki lubang besar.”

Dalam proses pengambilan keputusan di AIPA ia katakan memang menggunakan sistem konsensus. Jika ada satu negara keberatan terhadap topik atau isu, maka topik atau isu tadi harus di-drop dari agenda, karena tidak terjadi consensus.

“Dan khusus bidang politik, sikap kami tegas, tidak boleh pada pembicraan apapun sampai delegasi Myanmar mau membahas isu kemanusiaan tadi. Namun kami tidak keberatan untuk meneruskan agenda perbincangan dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, sosial, dan organisasi.”

Ini ia katakan untuk menghormati tuan rumah Filipina, yang telah melayani dan menjad moderator yang  baik, kami tidak keberatan membicarakan isu lainnya. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version