JAKARTA (voa-islam.com)- Ketegasan Gatot Nurmantyo (GN) dalam menginstruksikan jajaran TNI menonton film kuno G30S PKI menuai kontroversi. Kontroversi yang muncul di satu sisi ada pihak yang menilai film tersebut bias politik kepentingan order baru dan TNI Orba, yang membuat film ketika itu untuk kepentingan propaganda anti komunis.
“Sedangkan saat ini, paska reformasi, demokrasi menjadi acuan berpolitik. Perbedaan pandangan politik dan sikap politik merupakan otoritas sipil. Tentara hanya boleh menunggu Komando pemimpin sipil, yakni Presiden yang terpilih,” kata pengamat politik Syahganda Nainggolan dari Sabang Merauke Circle, melalui rilisnya, Senin (25/09/2017).
Di sisi lain, banyak pihak mendukung langkah Panglima TNI ini. Selain mayoritas purnawirawan militer dan kalangan sipil yang merasa korban dari G30S PKI, yang dianggap sebagai pengkhianatan dan pemberontakan kaum komunis, dukungan ke GN juga Karena persepsi public, bahwa GN adalah sosok pemimpin ideal semakin meluas.
“Banyaknya pandangan pandangan GN yang dapat ditonton di YouTube, berbagai media dan juga media sosial yang menunjukkan kepeduliannya mengenai kedaulatan bangsa telah menempatkannya sebagai pemimpin besar.
Sehingga, meskipun demokrasi membatasi posisi TNI berpolitik, namun rakyat memberikan apresiasi yang tinggi bagi GN untuk setiap langkahnya, meskipun kontroversial.”
Ungkapan Gatot yang bisa jadi kontroversial selain soal soal isu komunis (PKI), juga soal akan masuknya pucuk senjata api yang diperuntukan bagi non militer. Dan ia menyebut pucuk senjata yang akan masuk ke instansi tertantu tersebut dalam pidatonya yang viral sebanyak 5000. (Robi/voa-islam.com)