View Full Version
Kamis, 28 Sep 2017

Akan Terjadi Perang Peradaban, Ini yang Mesti Diperhatikan Indonesia untuk Melawannya

JAKARTA (voa-islam.com)- Dasar NKRI diyakini dapat dijadikan tameng untuk tidak seperti negara lain yang sudah banyak terpecah belah. Hanya karena soal suku atau agama, negara nun jauh di sana terpecah belah.

“Ke depan itu malahan akan terus terjadi perang. Hanya bentuknya perang peradaban Barat dan Timur, Islam dan non Islam, kira-kira begitu, dari Huntington.

Baru pada tahun 1991, muncul teori baru bahwa ke depan ada hanya akan ada satu ideologi, katanya ada setelah disebut tidak ada. Kemudian, muncul lagi teori yang terbaru itu pada tahun 1994 yaitu buku Clash of Civilization yang mengatakan salah tidak ada ideologi ke depannya,” ujar Mahfud MD, Rabu (27/09/2017), di ruang Fraksi PKS, Senayan, Jakarta.

Kemudian komunisme dasarnya komunalisme. Kalau individualisme itu mengatakan 'Manusia itu lahir dalam keadaan bebas oleh karena itu silahkan bersaing'. Tapi komunis mengatakan bahwa 'Manusia lahir dalam keadaan sama oleh sebab itu tidak boleh bersaing'. Harus sama. Dikuasai oleh negara semua.

“Pancasila bukan soal itu. Tapi Pancasila soal integrasi bangsa. Coba, saudara, saya ulangi bahwa per hari ini resminya negara Indonesi mempunyai 17.504 pulau. Dengan 16.056 sesuai yang dicatat oleh PBB, dan itu sudah memiliki nama. Sisanya itu masih akan dicarikan nama, tapi sudah masuk koordinat/posisinya sudaha ada di PBB. Ini milik Indonesia.

1400 sekian pulau masih belum punya nama. Kita punya 1360 suku yang tercatat namanya satu per satu di Depdagri. Itu didata tahun 2010. Dan kita memiliki 726 bahasa dan banyak agama serta keyakinan yang membuat bersatu. Dan itu kehebatan kita.

Coba bayangkan dengan sebanyak itu Indonesia bersatu karena punya Pancasila. Atau bersepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar pemersatu kita,” ia menjelaskan.

Coba bayangkan, lanjut mantan Ketua MK ini, dulu Pakistan itu berdiri memisahkan diri dari India atas nama demokrasi karena beda agama. Jadi pada tahun 1947 itu ketika Mathama Gandhi itu mengatakan 'Yuk kita bangun negara yang pluralis, negara multikultural dan macam-macam kita bangun secara demokratis. Setiap kelompok masyarakat punya hak untuk bertarung di sini'.

“Tapi belum lama setelah itu, belum setahun, Ali Jinnah dari Pakistan mengatakan 'Ok, karena ini demokrasi, kami dari Pakistan berpisah dari India'. Berdiri negara Pakistan. Indonesia kan tidak.

Ok, negara Pakistan sudah berdiri sebagai negara sendiri merasa kami Islam. Kemudian pada tahun 1971, Banglades mengacung 'Hei, Pakistan. Kamu orang-orang sombang. Kamu di Barat yang pinter-pinter juga kulit putih. Aristokrat. Kami orang yang hitam-hitam di sini tidak kamu perhatikan. Saya (Mujiburrahman) ingin berdiri negara sendiri’,” lanjutnya bercerita.

Berdirilah Banglades pada tahun 1971. Indonesia tidak. “Dengan banyaknya ini tadi, Pakistan dan Banglades seberapa, sih? Kita masih bisa bersatu. Itu karena budaya kita, budaya pemersatu, budaya gotong royong, budaya toleran, itu sejak dulu sudah sangat kuat,” tutupnya bangga. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version