JAKARTA (voa-islam.com)- Kurang dari 70 tahun, isme atau faham komunis sudah melakukan setidaknya hampir 80 negara di dunia. Atas kudeta yang dilakukan oleh komunis itu, maka berdirilah hampir 30-an negara komunis.
“Mereka melakukan kudeta di 75 negara, negara bagian, pulau dan kota selama 69 tahun dan kemudian berdirilah 28 negara komunis di dunia. Yang paling raksasa membantai itu ada di rezim Uni Soviet sebanyak 61 juta orang. Dan yang bertanggungjawab terhadap 43 juta orang itu adalah Stalin,” penyair senior Taufik Ismail menyampaikan belum lama ini di Fraksi PKS, DPR RI, Jakarta.
Kamboja, Khmer Rouge, Pimpinan Pol Pot itu disebut olehnya membantai 2 juta orang dari penduduk 7 juta. “Itu yang saya sebutkan tadi yaitu 1500 orang/hari selama 44 bulan.
Kemudian sesudah selesai itu Pol Pot kalah. Dia terusir. Kemudian tegak rezim anti komunis. Kemudian orang komunis mendapatkan kesempatan untuk bangkit kembali,” ia menambahkan.
Kemudian orang komunis melakukan hal yang, keahlian mereka di seluruh dunia yaitu berbohong. 'Tidak ada itu. Kami dizolimi oleh orang antikomunis. Tidak ada. Kami malah dibantai oleh orang-orang antikomunis'. Kemudian beberapa tahun berlalu, jenazah-jenazah akibat pembantaian komunis digali kembali, jutaan kan itu.
“Sesudah digali kembali, dibersihkan tulang belulang tersebut. Kemudian dibuat sebuah bangsa yang besar, kira-kira 40-50 meter, bertingkat dua. Kemudian tulang-tulang itu dan tengkorak itu disusun di situ. Itu ditaruh di tempat ladang-ladang pembantaian,” ia melanjutkan ceritanya.
Kemudian orang-orang antikomunis lega. Jadi orang komunis Kamboja tidak bisa berbohong lagi. Dan kalau ada tamu-tamu yang datang, dipersilahkan datang ke ladang pembantaian, tidak perlu dikasih ceramah lagi: silahkan lihat sendiri tengkorak-tengkorak itu.
“Saya dan isteri saya beberapa kali ke Kamboja. Sudah datang ke sana dan melihat. Lalu kami pergi ke sekolah SMA di Ibu Kota Khmer Rouge. Di sana tempat orang-orang partai komunis, orang-orang antikomunis dibawa ke sana kemudian diinterogasi di semua ruangan dan lantai, kemudian dibunuh.
Dibantai di sekolah itu. Sesudah dibunuh, mayat (penginterogasi) dipotret. Kemudian foto itu ditaruh bersama foto ketika masih hidup dan berjejer dengan yang lainnya. Dan itu sudah melakukan pembantaian selama 4 tahun di sana,” ia jelasnya mendetil.
Sesudah Polpot kalah, mereka terusir lalu tempat itu dijadikan museum. Namun potret-potret itu masih ada. Tapi ruangannya sudah tidak dipakai tempat lagi untuk SMA. Sekarang bersih dan orang bisa melihat ke sana.
“Kemudian saya dan Ati (isteri) pergi ke sana dan melihat salah satu kamar tempat penyembelihan itu. Kamar itu bersih, lantainya bersih, jendelanya semuanya terbuka, anginya masuk, tidak ada keterangan apa-apa, itu sudah terjadi 25 tahun yang lalu tapi kamar itu masih bau mayat. Saya mual. Isteri saya tidak kuat, berlari, dan terjatuh lalu muntah-muntah,” tutupnya dramatis. (Robi/voa-islam.com)