View Full Version
Rabu, 04 Oct 2017

Pengamat Politik Sesalkan dan Merasa Sedih Saat Jokowi Katakan Teroris dari Kita (Indonesia)

JAKARTA (voa-islam.com)- Kemarin dalam sebuah acara bersama Kamar Dagang dan Industri atau KADIN Indonesia, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo kembali melontarkan pernyataan-pernyataan yang mengandung makna dan membawa pesan kegelisahan dan mungkin bernilai sebuah kemarahan dari Presiden. Sebuah ketidak senangan bila tak layak disebut kemarahan, namun yang pasti Presiden tampak tidak suka dan tidak senang dengan berita tentang penurunan daya beli masyarakat.

“Yang kedua, pernyataan Presiden tentang terorist justru dari kita. Presiden seolah menjustifikasi dan memberikan stigma bahwa Bangsa ini adalah Bangsa penghasil terorist. Hanya untuk membenarkan visa bebas kebijakan politiknya, Presiden tanpa rasa kuatir membenarkan bangsa ini bangsa terorist dengan menyebut justru terorist kan dari kita. Menyedihkan, karena pernyataan presiden ini akan mengamini tudingan asing yang menuduh Indonesia negara radikal dan penghasil terrorist,” sesal pengamat politik, Ferdinand Hutahean, Selasa (3/10/2017).

Menurut dia, apa yang diungkapkan oleh Jokowi unik memang, meski cenderung asal bicara, pernyataan itu dikeluarkan seorang Presiden. Meski kedua pernyataan itu menarik dibahas, namun kali ini Saya memilih membahas kata Lawan Politik yang dituduhkan Presiden sebagai penyebab munculnya berita tentang penurunan daya beli masyarakat.

“Presiden tampaknya merasa bahwa penurunan daya beli masyarakat itu hanya isu yang digoreng, bukan fakta dan bukan realita ditengah publik.”

Ferdinand merasa prihatin dengan ucapan Jokowi tersebut. Seharusnya, Jokowi yang merupakan orang keturunan Jawa, sebagaimana dikenal paling berperasaan mengerti keadaan sebenarnya.

“Inilah keprihatinan paling dalam ketika seorang presiden ternyata tidak bisa merasa dan hanya bisa merasa. Orang Jawa bilang, harus biso rumongso ojo rumongso biso.

Sebagai seorang Jawa, tanpa bermaksud rasis, mestinya petuah-petuah leluhur seperti itu harus diingat. Agar tidak selalu merasa bisa tapi harus lebih bisa merasa.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version