JAKARTA (voa-islam.com)- Pengamat politik menilai bahwa apa yang belakangan ini dijalankan oleh Panglima TNI bisa jadi membuat para aktivis mencibirkan diri. Pasalya, orang nomor satu di TNI tersebut dianggap menghasilkan pertanyaan dari masyarakat soal sosok Joko Widodo yang tidak sama dengan Panglima TNI.
“Lalu kenapa naik ke permukaan? Karena ada sebuah mesin aktivis, yang namanya relawan merasa terganggu apa yang dilakukan oleh Panglima ini: 'Jangan-jangan ada pertanyaan kenapa ya Jokowi tidak bisa begitu’?” kata Hendri Satrio, belum lama ini di Jakarta.
Apabila dikatakan Panglima TNI melakukan kesalahan, Hendri tidak melihat itu. Apa yang Panglima utarakan itu menurutnya mengalir begitu saja, termasuk media “mendukungnya”. “Menurut saya itu bukan konteks atau kesalahan Panglima karena ada keberpihakan media juga. Kalau media tidak berpihak, Panglima bicara apa tidak dinaikkan. Itu jangan-jangan,” dugaannya.
Namun demikian, ia tetap sepakat bahwa TNI tidak diperkenankan untuk berpolitik, kecuali politik Negara. Dan ia menghimbau agar ada batas antara nama Panglima secara personal dengan institusi saat melakukan kegiatan. “Dan saya memang setuju kalau TNI tidak boleh berpolitik. Jadi memang harus dipisahkan antara institusi dengan Gatot Nurmantyo itu sendiri,” tutupnya saran. (Robi/voa-islam.com)