JAKARTA (voa-islam.com)- Pidato Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta membuat beberapa orang atau kelompok merasa tidak sepakat dengan apa yang sudah disampaikan. Misalkan saja soal adanya kata ‘pribumi’ dalam naskah pidato Anies.
Salah satu yang kurang berkenan dengan pidato Anies itu adalah Ketua SETARA Institut, Hendardi. Menurut Hendardi, sebagaimana yang diskrinsut oleh Indra J. Piliang di akun Twitter pribadinya, ia menyebutkan ‘Anies bisa dianggap melanggar Instruksi Presiden No. 26/1998 yang pada intinya melarang penggunaan istilah pri dan non pri untuk menyebut warga negara’.
Melihat pesan yang disampaikan oleh Hendardi, politisi Golkar, Indra J. Piliang meradang dan menyebut bahwa Ketua SETARA Institut tengah menggoreng pidato Anies melalui visi atas rasis. “Cara Hendardi cs menggoreng isi pidato @aniesbaswedan ini menunjukkan sisi-sisi gelap dari analis-analis yang seolah independen, tapi dependen.
Menuduh visi politik @aniesbaswedan sebagai rasisme, adalah bagian dari rasisme yang ada dalam diri Hendardi sendiri,” kata Indra, di akun Twitter-nya, Selasa (17/10/2017). Apa yang disebut oleh Hendardi itu tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Anies. Indra pun meminta Hendardi segera memeriksa diri. “Nalar Hendardi kudu diperiksa, karena @aniesbaswedan tidak menyebut warga negara sebagai Rakyat Pribumi, melainkan kolonialisme.
Seluruh uraian Hendardi ini tak ilmiah, fiksi dan bualan saja, karena ia tak sertakan teks dari pidato @aniesbaswedan yang ia maksud.” Menurut Indra, pidato itu ibarat paper, ada catatan kaki dan bibliografinya. “Saia sih ndak yakin, pernyataan-pernyataan pers Hendardi punya catatan kaki. Mehong namanya, kalau catatan kaki muncul dalam naskah pidato. Baca aja pidato-pidato Bung Karno. ‘Anjing dan pribumi dilarang masuk’.” (Robi/voa-islam.com)