JAKARTA (voa-islam.com)--Kelanjutan reklamasi Teluk Jakarta yang akan dilakukan oleh Kemenko Maritim merupakan suatu bentuk pengingkaran terhadap pelestarian ekologi dan pesisir. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Deputi Pengelolaan Pengetahuan Kiara (Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan) Parid Ridwanuddin baru-baru ini.
Menurut Parid, reklamasi Teluk Jakarta tak hanya hancurkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, tapi juga merusak wilayah daratan, khususnya perbukitan.
“Fakta menunjukkan bahwa pasir-pasir haram Reklamasi Teluk Jakarta diambil dari tempat-tempat lain di Indonesia yaitu Banten, Bogor, bekas letusan Krakatau, Bangka Belitung, Sampit, dan juga Lampung,” ujar Parid.
Ia pun menyebut fenomena itu sudah dijelaskan dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang menunjukan bukti-bukti yang penuh dusta para pengusung reklamasi.
“Dalam surat Al-Baqarah ayat 11 disebutkan Jika dikatakan kepada mereka: janganlah kalian melakukan kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kemaslahatan. Ini persis apa yang dilakukan oleh Kemenko Maritim,” terangnya
Dalam beberapa kesempatan, Menko Maritim Luhut B Pandjaitan menyatakan bahwa kelanjutan reklamasi Teluk Jakarta ini adalah untuk menyelamatkan warga kota Jakarta dari bencana yang dahsyat, yaitu naiknya permukaan laut. Dalam antisipasi bencana tersebut, pemerintah berniat membangun giant sea wall atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Luhut menyebut untuk membangun NCICD membutuhkan biaya yang besar. Tidak mungkin biaya itu diserap dari APBN dan APBD. Sehingga investasi reklamasi menjadi satu-satunya jalan untuk membangun tanggul raksasa tersebut.
Dari pernyataan tersebut, seakan-akan pemerintah melalui Kemenko Maritim telah berbuat suatu upaya kemaslahatan untuk orang banyak, tetapi nyatanya sebaliknya.
Parid melanjutkan bahwa reklamasi telah menambah daftar rentetan bencana yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Tak hanya itu, dalam aspek sosial kehidupan nelayan, reklamasi juga membawa akibat buruk yang mempertinggi kesenjangan.
“Reklamasi telah merubah bentang alam dan aliran air di kawasan Jakarta serta kawasan asal material pasir reklamasi. Menurut data kami, setiap harinya 2 nelayan beralih profesi menjadi kuli,” bebernya.
KIARA telah melakukan penelitian reklamasi Teluk Jakarta sejak tahun 2008 dan hasilnya dibukukan pada tahun 2009. Hasilnya reklamasi tidak menghasilkan dampak positif apapun terhadap alam dan masyarakat.
“Bencana demi bencana yang dihasilkan dari reklamasi dijelaskan dalam Al Qur’an surat Ar Rum ayat 41 yang bunyinya telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar),” pungkas Parid mengakhiri penjelasannya. * [Maritimnews/Syaf/voa-islam.com]