JAKARTA (voa-islam.com)- Dahulu, para nenek moyang bangsa berjuang tidak hanya dengan peperangan fisik saja, melainkan juga melalui jalur lain seperti pendidikan agar rakyat kala itu tidak dibodohi oleh Asing (penjajah). Mereka, nenek moyang mengajarkan hal demikian agar rakyat mengetehaui mana yang menjadi hak, mana yang tidak.
“Dulu para pejuang kemerdekaan tidak melulu perang, tapi juga mengajarkan agar rakyat cerdas. Tahu hak dan kewajiban mereka agar tidak dibodohi,” ucap Wasekjen MUI Pusat, ustad Tengku Zulkarnain, melalui akun Twitter pribadi miliknya, Kamis (2/11/2017).
Sebagai contohnya, kala itu ada penjajah yang acapkali menyebar janji bagi rakyat tetapi pada akhirya justru berkhianat. Sehingga, lanjut dia, rakyat kala itu terampas hak-haknya berupa harta di negeri sendiri.
“Penjajah suka menebar janji manis. Tapi janji bohing belaka dan berkooperasi. Merampas harta negeri kita. Dan pahlawan menyadarkan rakyat.”
Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa setiap apapun, khususnya soal hukum (hak), rakyat dihimbaunya untuk tidak buta akan hal itu. Hukum menurutnya harus berdiri tegak kepada siapapun tanpa keberpihakan.
“Hukum mesti berlaku setara pada semua orang. Di zaman ini, rumah mantan Presiden saja didemo. Senjata-senjata tajam masuk bandara. Dibanggakan pula?” (Robi/voa-islam.com)