JAKARTA (voa-islam.com)- Menggenjot infrastruktur di rezim Joko Widodo nampaknya tidak membuat ekonomi Indonesia semakin baik. Malah dapat dikatakan cenderung bermasalah, salah satunya tenaga kerja mengalami penurunan.
“Menjadikan infrastruktur sebagai leading sector pembangunan terbukti bermasalah, karena kenyataannya terjadi banyak anomali. Turunnya upah pekerja serta turunnya jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi, serta turunnya konsumsi semen nasional, atau turunnya industri logam dasar dalam setahun terakhir, menunjukkan jika pembangunan infrastruktur ternyata tak berdampak seperti klaim pemerintah,” kata Fadli Zon, di akun Twitter pribadi miliknya, Jum’at (3/11/2017).
Dalam catatannya, setidaknya ada empat persoalan kenapa proyek pembangunan infrastruktur era Jokowi menghasilkan anomali ekonomi. Salah satunya, penggabungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat.
“Penggabungan dua kementerian tersebut telah membuat pembangunan perumahan dan sektor properti jadi terabaikan, padahal sektor inilah yang bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memiliki efek berantai pada sektor ekonomi lainnya. Ada sekitar 174 industri terkait sektor properti, sehingga jika sektor ini lesu, maka perekonomian secara umum ikut lesu.”
Sedangkan pembangunan infrastruktur, karena bersifat high-tech dan padat modal, sehingga efek penggandanya lebih kecil, dan tak bisa menyerap banyak tenaga kerja. “Dalam tiga tahun terakhir kondisi sektor properti tidak bagus. Pemerintah tak memperhatikan kondisi ini karena terlalu fokus di infrastruktur.” (Robi/voa-islam.com)