View Full Version
Kamis, 16 Nov 2017

Akibat Turunnya Daya Beli, Garuda Indonesia Terancam Gulung Tikar

JAKARTA (voa-islam.com)- Penurunan daya beli masyarakat Indonesia nampaknya bukanlah isapan jempol belaka. Tercatat, misalkan saja hal itu terdapat pada upaya masyarakat beralih membelanjakan uangnya bukan untuk kepentingan personal melainkan komunal.

“Dari data Nielsen memberikan data mengenai peningkatan barang-barang konsumen yang cepat habis dan selalu dibeli seperti mie instan, sampo, susu bubuk. Per tahun pertumbuhannya akumulasinya sekitar 11 persen. Tahun ini pertumbuhannya hanya 2,7 persen. Rendah sekali.

Sementara dari online-online itu, kurang dari 2 persen dari total belanja. Sebab tidak mungkin dong kita belanja online membeli mie instan. Itu kan harus fisik yang datang ke toko. Ke supermarket di mana kita belanja,” kata pengamat ekonomi, Eddy Soeparno, Rabu (15/11/2017), di Jakarta.

Tetapi orang yang makan di restoran atau kafe, itu masih tinggi. Berpergian masih tinggi. Terjadi pergeseran gaya hidup. “Di sini terlihat sekali bahwa terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan dari konsumsi. Apakah ada daya lemah daya beli? Orang cenderung life style: ‘Daripada saya beli sepatu yang mungkin harganya Rp. 1 juta, ya, saya ajak keluarga makan’,” terangnya.

Belanja memang terjadi penurunan. Dan sekarang penurunan itu secara nyata di industry padat karya dan padat modal. Misalkan industry penerbangan. “Sekarang kita lihat, ya, kalau mau naik pesawat Citilink, Lion Air, ya, yang low cost ariline, mungkin masih tinggi. Tetapi jika dilihat dari kapasitas secara nasional itu tidak termanfaatkan. Sebab memang permintaannya rendah,” tambahnya.

Bahkan sekarang ini dia mengaku sudah bicara dengan teman-teman dari Lion Air dengan mengatakan: ‘Kita belum pernah sejak berdirinya Lion Air penurunan pertumbuhan itu 40 persen. Pesawat yang akan datang dari Amerika kita setop dulu agar tidak datang dahulu.’ Garuda pun demikian. Bunganya tinggi. Bebannya tinggi.

“Bahkan sampai ada pernyataan yang mengkhawatirkan: ‘Kalau sampai 2019 kondisinya masih begini, pilihannya satu, kalau tidak Lion Air, ya, Garuda yang bangkrut’. Itu yang mengkhawatirkan,” tutupnya. (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version