View Full Version
Kamis, 07 Dec 2017

Amien Rais: Belum Pernah Indonesia Mengalami Kondisi Segawat, Sekritis Seperti Sekarang

SUKOHARJO (voa-islam.com)--Mantan Ketua MPR RI Amien Rais mengatakan, kondisi Indonesia gawat darurat. Bahkan Amien yang sempat merasakan gonta-ganti rezim menilai kondisi negara saat ini sangat kritis dan membahayakan.  

"Dalam tempo remaja dan dewasa saya mengalami gonta ganti rezim,  belum pernah Indonesia mengalami kondisi segawat, sekritis dan sebahaya seperti sekarang ini," ujarnya, Ahad (3/12/2017) disela peresmian masjid Hj Sudalmiyah Rais Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lanjutnya, sampai dengan rezim Soeharto kelompok tertentu yang 'memegang' ekonomi dibatasi. Hanya boleh menguasai ekonomi saja,  tidak boleh merambah politik dan kekuasaan. Ironisnya,  sekarang ini kekuasan modal atau konglomerasi telah memegang tengkuk politik negeri ini. Pemerintah didekte kekuatan modal yang tidak dibatasi. 

"Sekarang di bidang kehidupan apapun yang memegang kendali adalah teman teman Tionghoa.  Ini bukan SARA,  ini kenyataan.  Diperdagangan,  pertambangan,  pertanian, kehutanan,  pekebunan,  apapun tidak bisa dipungkiri," tutur Amien.

Amien menambahkan, yang lebih gawat Indonesia saat ini tidak berdaya.  Sebab saat ini ada kelompok kecil diatas negara Indonesia. Ia mencontohkan tiga persolan yang menunjukan pemerintah tunduk dan mengabdi pada asing. 

Lanjutnya, mestinya tahun 2021 kontrak karya dengan Freeport sudah selesai. Tidak ada satu pun pasal dalam hukum internasional yang dilanggar jika pemerintah Indonesia tidak memperpanjang kontrak. Namun,  karena pemerintah Indonesia tidak berdaulat lagi dan takut akhirnya kerjasama dengan freeport diperpanjang lagi hingga tahun samai 2041.

Tak hanya itu,  perjanjian Indonesia memegang  51  persen saham mayoritas Freeport hanya isapan jempol. Pasalnya pihak Freeport meminta saham dijual melalui Initial Public Offering (IPO). Tentu hal ini memberi peluang besar pada para pemodal asing, tentunya Freeport juga.

"Kita (pemerintah) ini thingak thinguk koyo kethek ketulup. Ngah-ngoh tidak ngerti apa-apa. Setelah saya tahu saya agak marah dengan sikap pemerintah ini, karena mengusik rasa kebangsaan," ujar Amien.

Selain itu,  reklamasi Teluk Jakarta juga menunjukan sikap pemerintah yang pro terhadap asing.  Sebelum Ahok jatuh disepakati ada 17 pulau buatan.  Tentu reklamasi ini bukan bagi pribumi  terlebih kelas menangah ke bawah melainkan orang asing asal Singapura, Shanghai, Ghuangdong, Hong Kong dan Beijing. Ironisnya ada menteri yang membela pengembang dengan mati-matian.

"Untung kepala daerah berikutnya Anies- Sandi menghentikan. Tapi saya dengar ada upaya untuk meneruskan kembali," ujar Amien.

Kasus yang sama juga terjadi di Jawa Barat, Meikarta. Kesepakatan Pemda dengan Lipoo Karawaci hanya 28 hektar. Namun secara sepihak Lippo menyatakan butuh 540 hektar. Ironisnya salah satu menteri memberikan ijin. Akibatnya Pemda dan masyarakat Jabar hanya bisa unjuk gigi. 

"Tiga kondisi inilah yang menunjukan bawa ada negara kecil yang menguasai negara, ada kelompik kecil yang mengdekte kekuasaan negeri ini," ungkapnya.

Amien berpesan umat Islam agar ikhlas dalam berjuang dan jangan goyah oleh iming-iming para komprador. Ia juga berpesan agar rakyat melakukan koreksi pada pemerintahan Jokowi.

"Koreksi pemerintahan Jokowi, kalau tidak negara kita bisa berabe," pungkasnya.* [Aan/Syaf/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version