JAKARTA (voa-islam.com)- Awalnya Kaum Zionist punya empat pilihan negara tempat mereka menampung Kaum Yahudi dari berbagai belahan dunia; Palestina, Argentina, Uganda dan Mozambik. Tapi kemudian mereka memilih Palestina karena justifikasinya secara keagamaan lebih mudah dilakukan. Dan itu juga sekaligus memudahkan proses mobilisasi global Kaum Yahudi untuk berimigrasi ke Palestina sebagai tanah yang dijanjikan. Termasuk diantaranya memobilisasi para donatur untuk membiayai mobilisasi imigrasi besar-besaran itu.
Kelak kita mengetahui bahwa salah satu donator utama mobilisasi imigrasi itu adalah keluarga Rothchild, pemilik jaringan perbankan terbesar di dunia.
Jika hari ini kita menyaksikan migrasi besar-besaran para korban konflik dari Timur Tengah dan Afrika ke Eropa, pemandangan itu pula yang terjadi bagi Kaum Yahudi dari Eropa dan Rusia ke Palestina sejak tahun 1882 hingga tahun 1948. Dalam kurun waktu hampir 70 tahun itu, 521.000 orang Yahudi telah berimigrasi ke Palestina dalam enam gelombang migrasi, yang terbesar diantaranya adalah migrasi sepanjang tahun 1932 hingga tahun 1939, yaitu sebanyak 225.000 orang dan antara tahun 1940 hingga tahun 1948, yaitu sebesar 118.000 orang.
Dua gelombang migrasi besar ini terjadi persis di era Hitler. Sementara dua gelombang migrasi terjadi sebelum Perang Dunia I dan Deklarasi Balfour, yaitu sebanyak 25.000 orang antara tahun 1882 hingga tahun 1903 dan 40.000 orang antara tahun 1904 hingga tahun 1914.
Jika perang adalah alat paling efektif untuk mengubah peta geografi dan politik, maka migrasi adalah alat paling efektif untuk mengubah komposisi demografi dalam sebuah wilayah.
Akibat migrasi itu, warga Yahudi di Palestina berkembang dari 3 persen dari total 460.000 orang tahun 1882 menjadi 31,5 persen dari total 2.065.000 penduduk Palestina tahun 1948 dan menguasai sekitar 78 persen lahan. Begitulah cerita Negara Israel dimulai; warga Yahudi sudah memenuhi wilayah Palestina sebelum Negara Israel berdiri tahun 1948. Pada mulanya adalah konflik penguasaan lahan yang tidak disadari oleh warga Palestina hingga Intifada Pertama tahun 1921, Demonstrasi Besar Al Quds tahun 1933 dan Syahidnya Izzuddin Al Qassam tahun 1935, Revolusi Palestina antara tahun 1936 hingga tahun 1939…. (Robi/voa-islam.com)