JAKARTA (voa-islam.com)- Pemerintahan Joko Widodo yang berkuasa kurang lebih selama tiga tahun ini dinilai kian menambah utang untuk Indonesia. Dari tahun pertama hingga saat ini, terlihat kenaikkan utang yang terbilang cukup signifikan.
Data-data ini kemudian ditampilkan oleh DPP Gerindra dengan detilnya, yakni pertumbuhan utang cukup rentan, mengingat pendapat negara tidak begitu maksimal. “Berikut nilai utang pemerintah @jokowi-JK sejak Januari-November 2017; Januari: Rp 3.549,17 triliun. Februari: Rp 3.589,12 triliun. Maret: Rp 3.649,75 triliun. April: Rp 3.667,41 triliun. Mei: Rp 3.672,33 triliun.
Juni: Rp 3.706,52 triliun. Juli: Rp 3.779,98 triliun. Agustus: Rp 3.825,79 triliun. September: Rp 3.866,45 triliun. Oktober: Rp 3.897,6 triliun. November: Rp. 3.928,7 triliun. Jika seperti ini, namanya bukan gali lubang tutup lubang,” tulis aku Twitter resmi milik DPP Gerindra, belum lama ini.
Jika dihitung dengan nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 12.407 triliun, maka rasio utang pemerintah pusat hingga November 2017 ini sekitar 28,9 persen dari PDB. “Selain itu, pemerintah tercatat menambah utang sebesar Rp 379,53 triliun dari periode Januari 2017 dengan nilai utang Rp 3.549,17 triliun sampai November yang senilai Rp 3.928,7 triliun.”
Namun dengan demikian atas utang yang besar tersebut, Gerindra menilai pemerintah malah terlihat berdalih. Padahal ini bisa membahayakan negara Indonesia: terlilit utang.
“Tetapi pemerintah terus-menerus menggali lubang dan jika terus menerus seperti ini, bisa-bisa bangsa ini terkubur di dalam lubang yang digali sendiri.” (Robi/voa-islam.com)