JAKARTA (voa-islam.com)- Joko Widodo baru berkuasa tiga tahun. Tetapi utang sudah di angka yang mengkhawatirkan. Dulu, di masa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk utang, ia hanya menambah utang 1.000 triliun dengan masa kekuasaannya yang 10 tahun.
“Sebagai pembanding, selama dua periode berkuasa, pemerintahan SBY hanya menambah utang Rp. 1.400 triliun. Selain itu, pemerintahan SBY juga berhasil menurunkan angka rasio utang terhadap PDB dari 57 persen pada 2004 menjadi tinggal 25 persen pada 2014. Ini berbeda dengan catatan utang pemerintahan Jokowi, yang selama 3 tahun memimpin, rasio utang pemerintah justru meningkat dari angka 25 persen menjadi 28,9 persen,” demikian pantauan Fadli Zon, di akun Twitter pribadi miliknya, Kamis (04/01/2018).
Melihat hal itu, Fadli menghimbau agar pemerintahan Jokowi kurang rasa ingin berutangnya. Jika tidak, maka pembayaran yang akan dilakukan di kemudian hari akan terasa berat karena tidak sesuai dengan pemasukkan.
“Menurut saya, pemerintah harus mengurangi agresivitas dalam berutang. Ukuran yang sehat untuk menilai normalitas utang bukanlah rasionya terhadap PDB, tapi bagaimana kemampuan bayar kita, serta apa dampak utang bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Kemampuan kita membayar utang bisa dilihat dari angka keseimbangan primer.”
Dalam buku teks ekonomi, keseimbangan primer adalah jumlah pendapatan negara dikurangi jumlah pengeluaran negara di luar pembayaran cicilan utang. “Jika keseimbangan primer negatif, bisa dipastikan bahwa pemerintah harus membayar cicilan utang dengan menarik utang baru.” (Robi/voa-islam.com)