JAKARTA (voa-islam.com)- Sejatinya kita harus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menilai (calon) pemimpinnya lebih lama. Akan tetapi sayang sekali, apalagi memberikan kesempatan rakyat untuk mempunyai calon lebih banyak, hari ini MK mengakhiri kesempatan itu. Sehingga nanti calon pemimpin kita itu, maksimal empat pasang.
Calon yang dibikin oleh partainya Pak Hugo ini (PDIP), oleh Ibu Megawati dan kawan-kawan, calon yang dibikin oleh partainya Pak Airlangga (Golkar), Pak JK-lah otaknya di situ, keempat calon yang dibikin oleh Prabowo dan kawan-kawan, dan keempat adalah calon yang dibikin oleh mantan Presiden Pak Suryo dan kawan-kawan (Demokrat/SBY). Jadi hanya empat calon,” demikian ulasan Fahri Hamzah, Kamis (11/01/2018), di Jakarta.
Padahal menurut Fahri kita mempunyai kesempatan 10-20 calon. Kalau ada partai yang lolos PT ini 15, maka ada 15 anak-anak bangsa yang akan bertarung di depan public.
“Sayangnya pertarungan itu dibatasi. Seleksinya diketatkan dari awal. Tapi menurut saya mungkin saja turun karena adanya koalisi (hanya tiga). Kalau ada koalisi lagi sisanya ada dua. Dan UU kita memungkinkan calonnya tinggal satu pasang. Lawan kotak kosong,” ia menjelaskan.
Sehingga kita ini sebagai bangsa terbesar keempat di dunia ini, dan nomor tiga demokrasi terbesar di dunia ini terpaksa menonton orang-orang dalam jumlah terbatas. Sehingga tidak pernah ada kepercayaan diri bahwa pemimpin di republic ini banyak. Dan saya kira itu sudah ditunjukkan di pemilihan Bupati, Wali Kota, dan Gubernur dan akan ditunjukkan di Pilpres.
Padahal kita harus yakinkan bangsa Indonesia bahwa pemimpin di republic ini banyak. Orang yang sanggup selesaikan bangsa ini banyak asalkan diberi kesempatan yang lebih luas. “Kalau calonnya tidak diberikan kesempatan yang lebih luas maka berilah kepada rakyat untuk berdebat lebih banyak menonton isi pikirannya dan karakternya di depan public.
Sehingga saat kita masuk ke dalam TPS kita memilih dengan kesadaran yang utuh. Bukannya karena pengaruh-pengaruh lain. Itulah evaluasi dan kecemasan saya. Jangan kita terpaksa memilih,” tutupnya. (Robi/voa-islam.com)