JAKARTA (voa-islam.com)- Pengamat politik Karyono Wibowo menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang menghadapi neo-imprealisme, di antaranya terkait kekayaan alam Indonesia. Hal tersebut misalkan saja disebut olehnya lantaran adanya pemimpin yang mengabaikan jati diri bangsa dan negara.
“Ada kepala negara yang mengabaikan jati diri bangsa dan negara Indonesia di saat bangsa lain mempelajarinya. Kalau kita dengar apa yang disampaikan oleh pengamat mineral, Marwan Batubara kenapa sektor energy kita itu masih dikendalikan oleh perusahanan/corporation multinasional, itu menurut saya tidak aneh. Menurut saya dengan adanya hal demikian memperlihatkan bangsa ini tidak konsisten terhadap jati diri bangsanya,” katanya, belum lama ini di Jakarta.
Menurut dia bahkan tidak hanya sektor energy saja, ada sektor pangan pula yang menjadi kebutuhan dasar negara ini masih melakukan impor. “Di antaranya beras, bahkan garam. Kalau kita jalan ke supermarket, bahkan jalan ke pasar-pasar tradisional sudah banya sekali seperti buah-buahan sayur mayor yang berasal dari negeri Thailand dan Cina,” tambahnya jelas.
Kondisi demikian sontak ia akui dengan pernyataan mantan Presiden RI pertama bahwa penjajahan belumlah mati. “Saya teringat apa yang dikhawatirkan Bung Karno setengah abad yang lalu dengan menyatakan ketika imperealisme sudah mati tetapi dia mengatakan ‘No’.
Imprealisme itu belum mati. Imprealisme baru sekarang (ada). Padahal saat itu banyak pemimpin negara yang menyatakan sebaliknya. Ada penjajahan bentuk baru yang disebut neo-imprealisme,” tutupnya. (Robi/voa-islam.com)