JAKARTA (voa-islam.com)- Salah satu aktivis menghimbau agar media tidak terlalu berlebihan mengangkat berita Joko Widodo yang sedang shalat di Afganistan. Selain dianggapnya akan menjadi sasaran netizen atau warganet yang dikhawatirkan tidak beradab, juga bisa jadi tidak bagus untuk posisi Jokowi yang seorang Presiden.
“Kepada media seperti @kompascom, @tribunnews. @detikcom sebaiknya berhenti menaikkan berita lebay tentang Presiden yang justru menempatkan Pak @jokowi sasaran olok-olok netizen. Kasihan beliau karena Pak Jokowi adalah simbol negara yang hidup,” himbau Ferdinand Hutahean dari Rumah Amanah Rakyat (RAR) di akun Twitter pribadi miliknya, Rabu (31/01/2018).
Media-media yang dia sebut alangkah baik memberitakan hal di luar itu seperti seperti apa kinerja Jokowi. “Beritakan prestasi dan kegagalan, itu baru top. Saya tidak yakin, tapi mungkin Pak @jokowi juga tidak senag dengan berita-berita media yang hanya jadi buzzer pembentuk opini, framming terhadap Jokowi.
Beliau itu presiden, sebaiknya media berhenti membuat Pak Jokowi jadi bahan olok-olok netizen. Beritakanlah prestasi dan kegagalan, bukan pencitraan dan opini.”
Berita, lanjutnya, cuma dodominasi oleh berita salat, rompi anti peluru, Pres kedua setelah Soekarno yang kunjungi Afganistan. “Saya tidak menemukan misalnya dampak ekonomi kepada negara atas kunjungan ini. Sy juga tdk menemukan out put dari kunjungan ini hingga sekarang.
Saya benar-benar bingung dengan kondisi arah politik Pak @jokowi ini. Sebetulnya mau kemana sih kita ini? Kenapa Rompi dan keberanian yang jadi berita terkait kunjungan ke luar negeri kali ini? Kenapa tidak ada berita tentang hasil dari kunjungan ini? Misalnya terhadap ekonomi? Ataukah ini cuma jalan-jalan politik?” (Robi/voa-islam.com)