View Full Version
Kamis, 15 Feb 2018

Piagam Jakarta, dengan Ngeyelnya Kaum Yahudi dalam Perjanjian Hudaibiyah

JAKARTA (voa-islam.com)- Perjanjian Hudaibiyah dengan Piagam Jakarta. Keduanya dianggap oleh salah satu pakar hukum memiliki keterkaitan. Misalkan saja sama-sama ada pengurangan kata-kata, yang tentu saja bisa jadi berbeda substansinya. Berikut kutipan cerita dari Prof. Jimly Asshiddiqie terkait Perjanjian Hudaibiyah dengan Piagam Jakarta yang diucapkan di aula masjid Cut Meutia, Jakrta, Rabu (14/02/2018).

“Saya sering menceritakan, empat tahun sesudah hijrah, rasulullah dan rombongan 2000 orang pergi ke Mekkah. Mau pergi haji, tapi sebulan sebelumnya umrah dulu. Dicegat oleh penduduk Mekkah dan diusir. Nah, itulah yang menghasilkan perundingan, yang akhirnya menjadi Perjanjian Hidaibiyah.

Untuk diketahui bahwa Perjanjian Hudaibiyah itu menarik. Sesudah naskah perjanjian itu disepakati, maka ketika mau diteken antar Kepala suku Quraisy, rasulallah dan rombongan, itu orang Yahudi protes. Protes karena ada pembukaannya yang memuat kata “Bismillahirrahmanirrahim”.

Itu akan dicoret. Debatlah mereka ini. Akhirnya para sahabat mengadu ke rasulullah. Kata Rasulullah ‘Itu hanyalah pembukaan. Yang penting isinya. Coret saja. Yang penting isinya disepakati’. Maka bismillahirrahmanirrahim dicoret.

Sesudah itu, Yahudi ngeyel. Pas mau teken mereka melihat ada kata-kata Muhammadarrasulullah, Yahudi tidak setuju. Akhirnya dicoret lagi. Diganti Muhammad bin Abdullah. Maka ada lima kata di bismillahirrahmanirrahim ditambah dua kata Muhammadarrasulullah menjadi tujuh kata dicoret.

Persis seperti Piagam Jakarta. Jadi, Piagam Hudaibiyah itu sebuah perjanjian pertama antara kaum muslimin dari Madinah dengan orang-orang Quraisy di Mekkah. Perdebatannya sengit. Akhirnya mencapai kompromi. Tidak maksimal. Semua tidak puas. Tapi sesudah itu disepakati." (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version