JAKARTA (voa-islam.com)- Diyakini bahwa pemisahan antara pemimpin di suatu negeri (politik) dengan pemimpin bagi kaum agamanya (Islam) terjadi di kisaran antara abad 14. “Kembali ke umara dan ulama, jadi pada awalnya di masa rasulullah tidak ada pemisahan antara ulama dan umara.
Ulama itu ya, umara. Umara itu ya, ulama. Itu sebabnya Ibnu Taimiyah tidak memisahkan. Berbeda dengan Ibnu Chaldun. Ibnu Chaldun itu hidupnya di abad 14,” kata Jimly Assshiddiqie, Rabu (14/02/2018), di Jakarta.
Sesudah periode abad 13, di Spanyol sudah mengalami keruntuhan, maka menurutnya di saat-saat seperti itu perkembangan Islam sudah sangat kompleks. “Maka kedudukan-kedudukan dan jabatan-jabatan sudah mengalami, istilah dalam keilmuan ‘pekerjaannya sudah dibagi-bagi’.
Maka itu Ibnu Chaldun membedakan umara dan ulama itu. Dua pekerjaan yang beda, walaupun dia saling mendukung dan menunjang,” ia menjelaskan. Fungsinya itupun sesudah para ulama banyak di luar kekuasaan.
“Fungsinya itu membimbing, mengeritik, mengimbangi, menyadarkan. Jadi ada perbedaan dan pembedaan umara dan ulama,” sambungnya tutup. (Robi/voa-islam.com)