JAKARTA (voa-islam.com)- Imam Ghazali membagi tiga kriteria ulama secara umum. Yang mencelakai diri sendiri, juga mencelakai orang lain. Membuat bahagia diri sendiri, dan membahagiakan orang lain. Yang ketiga, membahagiakan orang lain, tapi mencelakai diri sendiri.
“Apa yang sudah disampaikan ini, ternyata juga ada tipe keempat di Indonesia: membahagiakan diri sendiri, mencelakai orang lain. Ini masalah,” ujar Effendi Ghazali, yang disambut tawa peserta diskusi, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Ulama adalah tempat bertanya. Keikhlasannya adalah kunci dari jawabannya. Hasilnya adalah kejujurannya.
“Salah satu ciri khas penting, yang saya rasa agak banyak dibahas di televisi di minggu-minggu ini adalah sebetulnya orang yang membahagiakan diri sendiri dengan kedudukan dan jabatan tapi dia mencelakai orang lain, sehingga orang lain bisa puas dengan laporannya: ‘Bagus laporannya, bagus. Ini dari ulama ke pemerintah laporannya bagus, mantap.’ Ini yang disebut Asal Bapak Senang. Jadi laporannya semuanya bagus. Jabatan aman. Kedudukan aman,” sindirnya.
Namun demikan ada sisi selain itu, yakni pemerintahan bisa jadi mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. “Tetapi dalam konteks tertentu dapat mencelakai pemerintahan itu, terutama syarat utamanya itu adalah…., Saya tutup, kalau kedua belah pihak sama-sama menekankan pada ikhlas-jujurnya, lalu pada poin lain benar-adilnya dan kadang-kadang itu bisa bertukar, maka baiknya antara ulama dan umara sama-sama membahagikan orang lain, dan membahagiakan diri sendiri,” tutupnya mengingatkan. (Robi/voa-islam.com)