JAKARTA (voa-islam.com)- Salah satu elit partai Golkar yang kabarnya sudah tidak lagi duduk di jajaran struktural, Priyo Budi Santoso memuji-muji Joko Widodo sebagai Presiden hebat. Di antaranya Jokowi menurut dia merupakan salah satu Presiden yang kerap blusukan dan atau turun ke bawah untuk menemui masyarakat.
Namun di sisi lain ia juga mengkritisi dan memberikan perhtian bahwa selama Jokowi tidak dapat berlaku demikian, misal hanya mengandalkan blusukan tetapi faktanya masih ada ketimpangan yang cukup. Bahkan melebihi daripada pemimpin sebelumnya.
“Kalau kita melihat atau kilas balik, memang tidak bisa dipungkiri, termasuk di Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi ini, beliau presiden yang populer dan amat hebat, terutama dalam hal tidak ada tandingannya ini, yaitu paling rajin blusukan untuk ketemu masyarakat di bawah. Tidak ada tandingannya ini. Beliau hebat, termasuk terobosan-terobosannya perihal infrastruktur.
Tapi, ini menurut pandangan saya, fakta yang tidak bisa dipungkiri ialah ada titik lemah, pembangunan ekonomi dan infrastruktur tidak diikuti arus-arus pemerataan. Angka-angka kemarin yang kita lihat dari BPS dan pemerintah sendiri, ketimpangan sosial dan ekonomi ini semakin membesar, dibanding dengan presiden-presiden sebelumnya. Dan ini tidak bisa dipungkiri, terlepas pujian dari saya bahwa beliau adalah presiden amat rajin blusukan dan merakyat,” ujarnya, belum lama ini, di ICMI, Jakarta.
Sehingga Priyo menyatakan posisi Jokowi yang ada saat ini belumlah aman untuk di Pilpres 2019. “Saya bayangkan secara politik, kalau nanti bakal terjadi perhelatan pemilihan presiden, itu dalam pandangan saya secara pribadi, Jokowi dibandingkan dengan calon-calon manapun, termasuk dari Indobarometer dia selalu unggul, duet dengan siapapun juga. Tetapi angkanya masih belum pada zona aman. Saya sebut posisinya belum aman,” tambahnya jelas.
Atas posisi yang belum aman itu, ia pun memberikan masukkan agar Jokowi mencari pasangan yang benar-benar mampu memberikan pengaruh elektabilitas. “Kayaknya pilihan yang paling realistis jika beliau ingin melanjutkan putaran kedua ini, mau tidak mau dia harus menggandeng calon-calon pendamping atau cawapres yang memungkinkan menambah sisi elektabilitas,” tutupnya. (Robi/voa-islam.com)