View Full Version
Sabtu, 24 Mar 2018

GPII : Partai Islam Bisa Besar dengan Konsisten Terapkan Nilai Islam

JAKARTA (voa-islam.com), Jelang pilkada 2018 dan Pemilu 2019 umat Islam memerlukan kendaraan politik yang baik, partai Islam yang digadang sebagai alat politik umat dalam perjalanannya mengalami pasang surut. Apakah Partai Islam masih bisa menjadi harapan umat?

Ketua Umum Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Masri Ikoni mengatakan partai Islam dalam kancah politik nasional belum pernah mencapai peringkat tertinggi, kecuali pada masa orde lama.

"Bila melihat angka-angka, partai Islam pasca reformasi hanya berada pada posisi partai menengah, hanya zaman orde lama Masyumi pernah masuk peringkat jajaran teratas,"katanya kepada voa-islam.com, Jumat Sore, Jakarta (23/3/2018).

Masri berharap di tengah situasi perubahan dunia dengan revolusi dan keterbukaan informasinya, partai Islam segera berbenah diri melalui proses penerapan nilai Islam yang konsisten dalam kegiatan politik partai. Supaya, partai Islam dapat diminati umat dan merangkak pada peringkat teratas.

"Partai Islam harus kembali ke basic keislaman, artinya instrumen akhlakul karimah, instrumen pribadi yang jujur dan baik, yang sesuai al Quran dan sunnah itu menjadi patokan utama, kalau cuma lips service politik massa tidak akan melirik,"ujarnya.

Karena, Masri berpendapat, peraihan suara partai Islam berbanding lurus dengan perbuatan dan perilaku pegiat partai. Sekedar janji kesejahteraan, sudah terlalu umum dan berlaku disemua varian Partai. "Partai Nasionalis juga menjanjikan kesejahteraan, bedanya partai Islam itu ada nilai-nilai religi,"ucapnya.

Oleh karena itu, lanjut Masri, semestinya partai-partai Islam menampakkan religiusitasnya pada bentuk sebenarnya bukan hanya pada retorika politik.

"Harus dipahami partai Islam itu tantangannya besar, karena jualannya agama, agama dianggap suatu yang sakral, dibutuhkan para politisinya yang mendekati paripurna, salah sedikit fatal,"tuturnya.

Masri menilai kemenangan partai Islam bukan suatu hal yang utopis di Indonesia, dengan syarat para politisinya berpegang teguh kepada nilai-nilai religiusitas.

Sebab, katanya lagi, partai nasionalis dengan instrumen nilai-nilai nasionalismenya mampu membawa partai kepada kemenangan, tentu partai dengan menggunakan instrumen agama harus mampu juga.

"Partai Nasionalis dengan slogan nasionalisnya konsisten, Partai Islam tentu bisa dengan dua kali kerja keras, karena membawa nilai-nilai agama yang sakral itu,"ujarnya.

Namun, Masri menilai semangat aksi 212 belum punya dampak politik bagi partai Islam dalam Pemilu mendatang.  "Karena 212 itu gerakan massa untuk di DKI, bukan persoalan partai politik, persoalan pure menghadapi penista agama," tandasnya. (bilal/voa-islam)


latestnews

View Full Version