View Full Version
Sabtu, 07 Apr 2018

Gaya Komunikasi seperti Ini Dirasakan Tak Layak Pimpin Negara

JAKARTA (voa-islam.com)- Bengong, diam seketika, atau tidak fokus kala lawan bicara mengajak bicara kemungkinan dapat dikatakan kegagalan dalam komunikasinya seorang pemimpin atau Presiden. Bagaimana bisa, jika sedang dihadapkan lawan bicara tetapi sang pemimpin hanya mampu tertawa dan tidak jelas ujung responnya, pun dengan pidato itu sendiri.

“Dalam berpidato kemampuan vokalik, yang dipelajari dalam paralinguistik, menjadi faktor yang harus diperhatikan. Nada, volume, kecepatan, kualitas, dan intonasi suara harus difungsikan dengan baik. Suara ‘Hmm’, ‘Ee….’, sedapat mungkin dihindari karena mengganggu,” demikian cuitan partai Gerindra belum lama ini melalui akun Twitter resmi miliknya.

Selain itu, menurut partai ini, delayed speech (wicara yang tertunda) harus dihindari. Umumnya, hal ini disebabkan oleh melamun, kelelahan, kurang penghargaan, takut, malu, hingga respons negatif dari pendengar. Dengan dukungan bahasa tubuh yang memadai, rakyat dengan mudah dipengaruhi.

“Dengan ekspresi wajah dan gerak tubuh, pidato memiliki dimensi psikologis. Sikap kejiwaan pemimpin melalui apa yang dikatakan dapat mengubah rakyat yang dipimpinnya.”

Mehrabian, salah satu pakar komunikasi dari Amerika Serikat, mengatakan ada tiga hal yang berpengaruh dalam komunikasi. Ketiganya adalah diksi (7 persen), ekspresi suara (38 persen), dan ekspresi wajah serta gerak tubuh (55 persen). Dari hasil penelitian, ekspresi wajah dan gerak tubuh memiliki pengaruh yang besar dalam berkomunikasi.

“Jika dikotomikan secara verbal dan nonverbal, ekspresi suara, ekspresi wajah, hingga gerak tubuh memiliki pengaruh yang lebih dominan daripada kata-kata itu sendiri. Melalui pidato, cara berpikir seorang pemimpin dapat dilihat.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version