JAKARTA (voa-islam.com)- Pendakwah, ustaz Salim A. Fillah adu chat dengan Fahri Hamzah di media sosial, Twitter. Adu chat yang dilakukan oleh ustaz Fillah tersebut terkait dipecatnya Fahri Hamzah oleh DPP PKS. Berikut cuitannya, Selasa (10/4/2018):
“Tak ada yang bisa menghapus cinta karena Allah di hati saya pada Ust. @anismatta. Allah hanya sedang menguji soal jama'ah; dan saya pegang teguh apa yang beliau ajarkan tentang syura' dan seterusnya. Penyinyir sejati beliau adalah pemuja membabibuta yang lalu menista qiyadah lainnya. Itu.
Memang tak mudah 'Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro', ketika 'Beramal Islami di Dalam dan Melalui Jama'ah' serta 'Memilih Takdir Kepemimpinan', apalagi 'Menghindari Jebakan Megalomania'. Sayapun tertatih-tatih mengamalkan taujih-taujih Ustadzil Mahbub @anismatta ini.
Tapi inilah cinta kami lillaah dan fillaah kepada Ustadzil Mahbub @anismatta, Abang @Fahrihamzah dan siapapun yang telah meneladankan pada kami hidup berjama'ah dalam dakwah. Mereka telah memberi sumbangsih agung yang tak terbantah bagi jama'ah ini; nan takkan terkejar oleh kami.
Penuh ta'zhim padamu Ustadzi @anismatta; rupanya ada yang mengaku pendukungmu, tapi mengajak kami untuk tak mentaati 4 taujihmu di atas. Bagi kami, mereka pencintamu yang palsu. Dan kami cukupkan di sini; demi kerja besar bersama kita ke depan tuk mengokohkan dakwah & jama'ah.
Abangnda terhormat @Fahrihamzah; wallahi, tak pernah ada seorangpun yang melarang saya bertemu Antum. Sama sekali tak ada. Siapalah saya? Hanya kader udik yang sikapnya takkan berpengaruh apa-apa pada dakwah & jama'ah ini. Maafkan, untuk yang pertama ini; Abangnda keliru sangka.”
Fahri Hamzah pun menimpalinya:
“Kalau antum diberi kesempatan untuk tabayun kepada saya tentu akan saya sampaikan faktanya...sayang sekali antum tidak boleh ketemu saya karena dianggap akan cemar...padahal tarbiyah menghasilkan para Amilin yg kuat dan berpengaruh...tapi oleh struktur diragukan..”
Salim pun kembali meresponnya: “Dan wallahi; tidak pernah saya dibisik-bisiki oleh qiyadah atau siapapun juga. Semua yang saya fahami dengan fikiran dan hati tentang kejadian yang menimpa Abangnda @Fahrihamzah, justru saya simak dari ceritera Abang sendiri. Untuk yang kedua ini; Abangnda keliru lagi menduga.
Saya tahu Abangnda tak bermaksud berburuk sangka oada qiyadah ataupun saya. Bagi kami, Abangnda tetap @Fahrihamzah; salah satu muadzin utama reformasi, salah satu deklarator Partai Dakwah, salah satu kader terbaik yang takkan dapat tergantikan. Itu terpatri di hati kami.
Ketahuilah Abangnda; seandainyapun, hanya seandainya saja, Ust. @msi_sohibuliman, Ust. @hnurwahid, atau bahkan Habibana @salimsegaf membisikkan sesuatu hal yang keji dan meyakinkan ke telinga kami tentang Abangnda; itu takkan mampu mengubah hormat kami sedikitpun pada Abangnda.
Tapi wallahi; Allah telah menjaga hati & lisan mereka, @msi_sohibuliman, @hnurwahid, @salimsegaf, dan berratus-ratus lain para Asatidz qiyadah di tingkat pusat hingga daerah dari melakukan itu pada kami. Tak pernah kami dengar hal jelek tentang Abangnda dari mereka. Sama sekali.
Maka siapakah yang telah menjauhkan Abangnda dari kecintaan para kader, dari simpati para jundi, dari rasa hormat pemuka ummat? Bukan Abangnda. Bukan bisikan para qiyadah. Bukan ta'lim para asatidz struktur. Bukan. Abangnda ingin tahu? Periksalah tab mention kami sejak pagi.
Lihatlah betapa banyak pahala telah mereka hadiahkan pada para masyaikh dan qiyadah dengan caci maki, fitnah, dan tuduhan. Alhamdulillaah meski bukan siapa-siapa, kami kecipratan juga rupanya. Tapi sekali lagi; itu takkan mengubah cinta kami lillaah pada Abangnda @Fahrihamzah.
Mereka mengenalkan narasi-narasi aneh semacam "Loyalis AM", "Loyalis FH", "Bebek MSI". Duh, sejak kapan jama'ah kita adalah kumpulan loyalitas pada pribadi-pribadi? Orang-orang yang membawa-bawa istilah ini diikuti dengan "pembersihan" dll. adalah perusak ukhuwah sejati. Mengapa?
Sebab kita ini adalah jama'ah. Kita ini kumpulan yang berwala' pada nilai. Bukan personal. Wallahi, seandainya pada Musyawarah Majelis Syura mendatang, Ust. @anismatta terpilih jadi KMS dan Abangnda @Fahrihamzah jadi Presiden; kami juga pasti akan taat kok.
Sebab Abangnda @Fahrihamzah pastilah cukup bijaksana untuk memilah mana kawan sejati yang mengajak pada kemuliaan di jalan dakwah, mana pula para pemuja yang seakan mendukung, tapi sebenarnya sedang menjauhkan Abang dari cinta tulus para kader, dari doa-doa rabithah kami.
Kalaupun Abang merasa dizhalimi dengan keputusan pemecatan, iya kami bisa mengerti. Tapi perlawanan Abang disertai para pendukung kehilangan adab, penuh caci maki dan fitnah itu akan semakin menipiskan simpati dan membuat pemecatan Abangnda menjadi kian terlihat wajar dan pantas.
Sebab jama'ah kita selalu berusaha menegakkan da'wah salafiyah, dan semua kader serta jundi akan jatuh cinta secinta-cintanya kalau Abang mampu meneladani Khalid yang berkata, "Aku berperang karena Allah. Bukan karena 'Umar." Yakin saya Bang. Semua akan berseru, "Aku padamu!"
Tahukah Abang; barangkali Habibana @salimsegaf akan menangis seperti 'Umar kehilangan Khalid jika benar-benar kehilangan Singa Parlemen seperti Abang? Sebagaimana dia sebagai representasi syura' bersama Presiden telah memecat Abang demi mashlahat yang lebih besar. Iya. Mashlahat.
Pulanglah Bang. Hadirlah sowan pada Habibana & Presiden. Penuhi pinta dalam keputusan mereka yang telah bertahap diajukan namun terabaikan. Kalau Abang menduga itu kezhaliman, biar di akhirat semua terjawab. Di dunia, Abangnda akan merebut cinta kami semua, seluruh kader dakwah.
Untuk kapasitas sebesar Abangnda @Fahrihamzah; ada tidaknya kursi dan jabatan takkan berpengaruh sama sekali. Abang lebih besar dari posisi sebagai Wakil Ketua DPR itu. Jangan mau dikerdilkan oleh para pembela yang mengira tanpa jabatan Abang tak bisa berbuat apa-apa. No way!
Salah atau tak salah, Abangnda lebih tahu apa yang di hati daripada saya. Yang saya tahu, bola kemuliaan Abangnda ada di tangan Abangnda. Jama'ah ini akan kembali utuh tanpa rusuh, bersatu tanpa seteru, seandainya Abangnda yang berrendah hati pada para Masyaikh; orangtua kita.
Pulanglah Abangnda. Saat itu, tak dimintapun, Abangnda akan berjumpa dengan saya. Karena saya selalu di sini. Di rumah dakwah kita. Siapapun kepala rumahtangganya; sejak era pertama, saya tak pernah & tak ingin beranjak. Demikian pula semua pencinta sejatimu. Mereka ada di sini.
Di zaman ketika yang berteriak dianggap lebih benar daripada yang diam, yang lantang dikira lebih shahih daripada yang lirih, dan yang megah disangka lebih betul daripada yang bersahaja; kita kian harus berjuang keras mencari yang jernih, Abangnda @Fahrihamzah.
Abangnda @Fahrihamzah, kita sama-sama tahu, seluhur apapun, antum tidak lebih mulia dari 'Aisyah, Thalhah, dan Zubair. Saya juga bagai bumi dan langit dengan 'Ammar ibn Yasir. Tapi terhadap Abangnda, saya akan meniru 'Ammar dalam sikapnya pada 'Aisyah saat mereka berselisih.
"Demi Allah, aku bersaksi bahwa dia Ibundaku, ibunda kaum mukminin, istri Rasulullah ﷺ dari dunia hingga ke surga. Hanya saja saat ini Allah sedang menguji kita, apakah kepada Rabbina 'Azza wa Jalla kita taat, ataukah kepada 'Aisyah", begitu kata 'Ammar.
Ya, Abangnda. Situasi tak boleh mengalahkan hubungan. Kau saudaraku di jalan Allah, kemarin, kini, dan nanti; meski ujian ini terasa pahit sekarang. Dan semoga Abangnda selalu dibukakan hati; bahwa hanya cinta yang bisa membuat kami bicara begini. Luv u fillah. Always. Cukup.” (Robi/voa-islam.com)