JAKARTA (voa-islam.com)- Hari Bebas Kendaraan atau yang lebih dikenal dengan sebutan car free day (CFD) kemarin, Minggu (29/4/2018) nampak ada yang berbeda dari biasanya. Masyarakat kebanyakkan saat itu terlihat menggunakan kaos yang bertuliskan ‘2019 Ganti Presiden’. Diprediksi setidaknya ada ribuan masyarakat berpartisipasi atas itu. Termasuk aktivis muda Muhammadiyah, Mustafa Nahrawardaya yang tak ketinggalan ikut partisipasi.
Bahkan bila diamati dari cuitan Mustafa melalui akun Twitter pribadi miliknya, ada “warna” dari gerakan tanpa koordinator tersebut. Di antaranya adalah adanya oknum yang mengaku sebagai polisi, yang kemudian nampak tak suka dengan kaos yang dikenakan oleh masyarakat.
Tidak hanya itu, Mustafa juga mencuitkan adanya keanehan sebelum hari H, yakni ada yang mengaku-ngaku sebagai koordinator penggunaan kaos, yang sebetulnya menurut dia hal itu tidak ada. Dan banyak hal lagi. Berikut pengalaman Mustafa ketikan ikut partisipasi bersama ribun masyarakat tadi: “Saya heran, kok beberapa hari lalu ada orang ngaku sebagai koordinator aksi #2019GantiPresiden lalu mengajukan ijin ke Polisi. Siapa yg menunjuk dia sebagai koordinator?
Misteriusnya, koordinator tersebut kemudian ngaku MEMBATALKAN aksi. #Misterius.
Saya punya dugaan kuat, koordinator tersebut adalah koordinator #Misterius. Sengaja mengumumkan pembatalan aksi, AGAR masyarakat mengira bahwa kegiatan #2019GantiPresiden tgl 29 April 2018 sepi pengunjung. Siaaat kuno, gampang ditebak. Alasannya tidak dapat ijin Polisi. Aksi si CFD 29 April 2018 hanyalah aksi pribadi. Bukan aksi terkoordinir. Kaos beli dan pake sendiri, makan sendiri. Tidak dibayar. Kalau ada yang ngajuin ijin ke Polisi, itu JELAS #Misterius. Orang pakai kaos kok ijin Polisi. Lagian itu bukan kampanye. #2019GantiPresiden.
Saya juga cek ke Mas @MardaniAliSera maupun Mbak Neno Warisman yang punya ide awal gerakan #2019GantiPresiden sama sekali tidak tahu ada orang yang ngaku Koordinator Aksi. Ini jelas #Misterius. Siapa mereka? Kok ngajuin ke Polisi dan ngumumin dan batalin segala?
Di Bunderan HI, justru yang jelas terlihat ada yang koordinir adalah gerombolan yang mengenakan kaos ini. Belasan orang tiba-tiba muncul dikawal Polisi dengan tali segala. Tapi, bisa ditebak: teriakan gerombolan ini kalah keras dibanding ribuan pekik #2019GantiPresiden.
Kaos yang saya pegang ini, kaos yang awalnya dipakai seseorang. Tampaknya dia adalah orang yang lepas dari gerombolannya, lalu terjebak di tengah ribuan peserta #2019GantiPresiden. Oleh para #2019GantiPresiden, kaos ditawar dan dibeli 50 ribu. Lepas dah. Dibuang. Saya ambil.
Gerombolan sebelah, jelas dikoordinir. Kelihatan dari foto-foto. Mereka digelontor nasi kotak dari parkiran. Sementara, peserta #2019GantiPresiden makan di restoran, beli sendiri. Tidak digelontor nasi kotak. Berangkat tidak diantar. Dan istirahat di hotel.
Anda pingin tahu bedanya, antara:
A. Massa hasil pengerahan dan koordinir (mungkin bayaran), dengan,
B. Massa #2019GantiPresiden yang ikhlas datang di CFD?
Mudah: Yg (A), kaosnya SAMA (warna, bunyi kaos, desainnya). Sedang yg (B), sangat variatif dan elegan. Keren.
Tadi ada insiden. Seseorang ngaku dari Polda Metro Jaya, merebut atribut yang dipegang peserta #2019GantiPresiden. Orang yang ngaku Polisi ini baik sekali. Minta peserta tidak anarkhis. Saya ucapkan terimakasih pada Pak Polisi @HumasMetroJaya. Sayang, kabur saat diminta selfie. Setelah gak mau diajak selfie, orang yang ngaku Polisi @HumasMetroJaya ini berkumpul dengan kelompoknya. Ada tiga orang. Jika ini polisi beneran, mungkin kurang berhasil dalam hal menyamar di CFD dalam aksi #2019GantiPresiden. Ini salahsatu dari kelompok orang yanh ngaku Polisi Polda Metro Jaya, sempat mepet saya, pura-pura jalan di depan, mau foto-foto ambil gambar muka saya. Tapi malah kebalikannya. Dia kena Close Up kamera saya neh. Saya tanya: Bapak benar dari Polda? Dia membisu. #2019GantiPresiden.
Saya tadi sempat nanyain identitas bapak2 itu. Takutnya, Polisi gadungan. Karena sering ada berita, orang ngaku-ngaku Polisi, tapi untuk dipakai berbuat jahat. Tapi mereka tak memberikan identitas. Sayang ya tuips. Maka muncullah video ini. #2019GantiPresiden.
Saya berkhusnudzan, bapak-bapak yang tadi merebut atribut & mengejar saya adalah benar-benar Polisi dari Polda Metro. Jadi, lain waktu bisa lebih banyak lagi personil semacam itu. Tapi, lebih asyik jika mau diajak selfie setelah merebut atribut. Jangan terlalu serius. #2019GantiPresiden.
Saya berdoa agar acara serupa dapat dilaksanakan pada CFD pada masa mendatang sehingga masyarakat memiliki wawasan politik alternatif. Namun, mungkin perlu diatur agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Teknis bisa diatur. #2019GantiPresiden.
Mungkin bila masyarakat di CFD tidak siap dalam perbedaan, maka bisa dibagi waktunya. Yang jelas, aksi semacam #2019GantiPresiden tanggal 29 April maupun aksi sebaliknya pada Minggu sebelumnya, tidak perlu dilarang. Salam.” (Robi/voa-islam.com)