JAKARTA (voa-islam.com)- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengusulkan nama ustaz Abdul Somad ke Menag Lukman Saifuddin untuk bisa berceramah di istana. “Pak @lukmansaifuddin sebaiknya justru undang Ustadz Abdul Somad ceramah di Istana biar terbuka wawasan.
Memang ceramah beliau juga perlu hati yang bersih. Ramadhan ini bagus istana belajar agama Islam biar ngerti cara membuat Islam sebagai rahmat dan kasih sayang,” usulnya, Sabtu (19/5/2018), di akun Twitter pribadi miliknya.
Fahri merasa heran, bagaimana bisa tokoh-tokoh yang antiterorism tapi serasa dimusuhi negara/pemerintah. “Di negara muslim terbesar gini masak susah amat menerima Islam?
UAS, Habib Rizieq, dan lain-lain semua #AntiTeroris tapi semua punya hubungan jelek dengan Istana. Harusnya kan mereka menjadi mitra lawan teroris, eh, malah dimusuhi dan dicurigai. Aneh kan?”
Fahri mengaku selalu ingin ada pemerintahan yang hubungannya baik dengan umat Islam; dengan ulama, dengan kyai, dengan keberagamaan cara melihat persoalan. Itu yang akan bikin bangsa ini besar.
“Tapi, jika mulai membangun kecurigaan, terhadap sekelompok apalagi semua, bahaya! Kecurigaan kepada umat Islam adalah proyek #WarOnTerror masa Bush JR.
Ini proyek gagal yang tidak saja bikin Amerika berantakan tapi dunia dipenuhi beban disharmoni antara agama dan negara. Tolong istana jangan terusin proyek gagal ini. Tekor!”
Di Amerika, menurut dia jumlah orang mati yang ditembak di ruang kelas, di Mall, di pinggir jalan, dan lain-lain jauh lebih banyak dan lebih rutin. Pelakunya hampir gak ada Beragama Islam.
Tapi #Islamophobia sudah kadung jadi wabah yang meresahkan. “Apa kita mau bawa ke sini? Ada pihak yang ingin menanamkan dalam benak bangsa Indonesia bahwa Islam mengandung elemen teroris.
Dan itulah perjuangan mereka yang telah sukses menghancurkan dunia. Sekarang mereka mau kirim wabah itu ke sini. Melalui segala pintu.”
Misi mereka menurut politisi PKS ini merangsek setahap demi setahap. Branding dilakukan, citra simbol agama babak belur, ulama dan habaib diadu domba, cadar, jenggot, jidat, dan lain-lain menjadi elemen identifikasi radikalisme dan mengarah kepada terorisme. Islam yang berarti damai dikubur.
“Pemerintah presiden jokowi dan JK telah salah langkah di awal kepemimpinan. Dan akhirnya mereka pecah dan lelah melayani efek dari sengketa yang tak ada ujung pangkal.
Lalu diledakkan oleh Ahok sampai lumat nggak karuan. Mau baikan sudah telat. Sayang sekali! Mulai dari #PerpuOrmas yang telah dipakai untuk membubarkan HTI dan mengancam ormas Islam lainnya, menyempurnakan branding kini klimaksnya #PerpuTerorisme disiapkan untuk melakukan tekanan pada aktivitas masyarakat.” Menurut dia, ini awal sebuah bencana.
Tapi biarlah karena Perpu adalah aliran sebuah rezim. Dan jika memang rezim ini menghendaki sebuah ketegangan dengan agama ya apa boleh buat.
“Kita hanya mengingatkan, kita hanya memberi peringatan. Hasilnya mereka akan telan sendiri. Siapa berbuat harus tanggungjawab.” (Robi/voa-islam.com)