View Full Version
Senin, 11 Jun 2018

Perhatian Yusril Ihza Mahendra ke Amien Rais: Pemimpin Itu adalah Sabdo Pandito Ratu

JAKARTA (voa-islam.com)- Ketum PBB Yusril Ihza Mahendra bicara pemimpin. Menurutnya, dalam pepatah Jawa ucapan pemimpin itu adalah “sabdo pandito ratu”, artinya ucapan seseorang yang kedudukannya sangat tinggi, bagai seorang pandito (guru maha bijaksana) dan seorang ratu (raja). 

“Berpedoman kepada pepatah Jawa ‘sabdo pandito ratu’ itu, maka sejak awal saya tidak berminat ataupun tertarik dengan inisiatif Pak Amien Rais yang melakukan lobby sana-sini, untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 hadapi petahana. Karena itu ucapan pemimpin itu haruslah ucapan yang serius dan terpercaya. 

Ucapan yang sudah dipikirkan dengan matang segala akibat dan implikasinya. Ucapan pemimpin itu akan menjadi pegangan bagi rakyat dan pendukungnya,” demikian aku Yusril, Senin (11/6/2018), di akun Twitter pribadi miliknya.

Terkait hal demikian, tampaknya Yusril memiliki pengalaman yang kurang terkesan baik dengan Amien Rais. Sampai-sampai ia begitu mengantisipasi adanya dugaan langkah lain dari seorang Amien Rais.

“Pengalaman, adalah guru yang paling bijak. Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr. Fuad Bawazier, Pak Amien meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur. Saya dan MS Kaban menolak. 

Kami tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi. Tahun 2018 inipun saya tidak ingin ikut-ikutan dengan manuver Pak Amien Rais, bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman.” Sebagai Ketum dari sebuah partai, Yusril berlaku demikian hanya karena ingin memastikan bahwa apa yang ia lakukan mestilah benar, baik secara maupun cara-caranya bagi para anggota-anggotanya.

“Saya kini Ketum Partai. Saya ibarat nakhoda, yang harus membawa penumpang ke arah yang benar, dengan cara-cara yang benar pula. Akhirnya, pengalaman tetaplah menjadi guru yang bijak bagi saya, dan mudah-mudahan bagi orang lain juga. Sekian.” (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version